Rabu, 03 Oktober 2007

puisi hidup



seorang anak muka cemang-cemong
tersenyum-senyum di atas menara
kaki, badan siap memeluk tanah
dengan kecepatan tinggi.

seorang badut entah laki, entah wanita
jingkrak-jingkrak ditingkahi dangdut
warna-warni baju gombrongnya
pakai sepatu tak bertali.

warga berlari-lari, hati cemas
orang pintar baca mantera
para pemuda ikut naik menara
polisi berdatangan tapi tak bisa apa-apa
hujan mulai menitik.

motor-motor bernyala berseliweran
lampunya menantang matahari
mata tak lagi awas, katanya
kecelakaan dilawan salah kaprah

si badut lama berjingkrak dan bersorak
sekeping uang pun tak bisa diharap
ibu-ibu gendong bayi depan tivi
melihat idola yang selalu dinanti

kualihkan pandang ke sekitar
burung-burung berteduh dan masih bercericau
ikan mas koki menggoyangkan ekornya
adzan mulai berkumandang.

seorang tukang reparasi payung lewat
……
seorang tukang jual tangga lewat
……
seorang ibu-ibu jual kasur kapuk
……
seorang pengamen puisi menjerit

kesemuanya berpeluh berdebu
muka merah terbakar
wajah merana
mata suram
bibir pun pucat

si anak gila diamankan polisi
entah mau diapa,
diantar mati barangkali?
si badut pun berlalu
sedang televisi jalan terus
hujan mulai mereda.

zaman ini memang lebih enak
tapi bukan berarti bisa kerja enak-enak
si gila begitu tersiksa
yang tidak gila jangan ikut menderita

batang hijau dapat bersuara
gelas-gelas berdenting merdu
mulut pun bersiul mendayu

di mana saja puisi dapat hidup

puisi getir,

puisi cengir,

puisi…

Tidak ada komentar: