Jumat, 22 Februari 2008

Suksesi Kuba


Havana, Selasa - Usia lanjut 81 tahun dan kesehatan yang memburuk membuat Fidel Castro, Selasa (19/2), memutuskan mundur sebagai Presiden Kuba. Keputusan ini mengakhiri peran Castro sebagai kepala negara Kuba selama 49 tahun ini, jabatan yang diraihnya melalui revolusi bersenjata pada tahun 1959.

Dalam pernyataan yang diterbitkan situs web surat kabar Granma milik Partai Komunis Kuba, Castro menegaskan, dirinya tak akan lagi memimpin sebagai Presiden Kuba. Dikatakan, dia tidak akan memperpanjang masa kepresidenannya pada sidang Majelis Nasional (parlemen) 24 Februari nanti.

”Kepada rekan-rekan pejuang yang memberikan penghargaan dengan memilih saya sebagai anggota parlemen, saya mau menyampaikan kepada Anda bahwa saya tidak akan menerima, saya ulangi lagi, tidak akan menerima posisi sebagai Presiden Dewan Negara dan Panglima Militer,” ujar Castro dalam pernyataanya.

Castro tidak pernah tampil di depan umum dalam 19 bulan ini setelah diserang sakit pada pertengahan tahun 2006. Pemerintah Kuba tak pernah mengungkapkan apa penyakit yang menyerang Castro. Hanya disebutkan, Castro harus menjalani pembedahan untuk menghentikan perdarahan pada ususnya.

Sejak saat itu, Fidel Castro lebih banyak terlihat dalam foto atau televisi. Castro yang tinggi besar dan gagah, terutama saat berpidato dengan seragam militer, kini terlihat cekung, kurus, dan lemah. Castro dikenal jago berpidato dan pernah menyampaikan pidato selama dua jam.

Sekitar setahun lalu, kesehatan Castro beberapa kali dilaporkan membaik. Castro sempat bertemu dengan sejumlah tamu. Kesempatan itu juga memungkinkan Castro menulis sejumlah artikel yang diterbitkan media Pemerintah Kuba, yang isinya antara lain mengecam serangan militer AS atas Irak.

Fidel Castro lahir di Biran, Kuba timur, 13 Agustus 1926. Castro datang dari keluarga tuan tanah. Namun, seusai memenangi revolusi bersenjata atas diktator Fulgencio Batista dukungan AS tahun 1959, Castro langsung menyita tanah milik keluarganya untuk negara.

Menetapkan Raul Castro

Pengunduran Castro membuat Majelis Nasional pada sidang 24 Februari nanti akan menetapkan Raul Castro, 76 tahun, adik Fidel Castro sebagai Presiden Kuba. Raul selama ini menjabat Menteri Pertahanan dan praktis sejak 31 Juli 2006 sudah bertindak sebagai pejabat presiden.

Di bawah Raul, Kuba dipastikan tetap mempertahankan idealisme komunis yang disandang selama 49 tahun ini. Kuba menjadi satu-satunya negara komunis yang berada di belahan Barat. Tadinya Raul diharapkan akan melakukan reformasi ekonomi guna membantu kehidupan rakyat Kuba, tetapi sejauh ini belum terjadi apa pun.

Presiden AS George Walker Bush, yang berada di Kigali, Rwanda, menegaskan, berita pensiunnya Fidel Catsro diharapkan menjadi awal dari ”transisi demokratik” di Kuba yang ditandai dengan pemilihan umum yang adil dan bebas.

”Saya melihat hal ini sebagai sebuah periode transisi dan akan menjadi awal dari transisi demokratik bagi rakyat Kuba,” ujar Bush yang menerima berita soal Castro ini dari penasihat keamanan nasionalnya. Bush akan memberikan keterangan resmi pada Selasa malam.

Bush menyerukan kepada masyarakat internasional agar membantu rakyat Kuba mendirikan lembaga yang diperlukan untuk demokrasi. ”Amerika Serikat akan membantu rakyat Kuba menyadari nikmatnya kebebasan,” ujarnya.

Jaringan televisi CNN memperlihatkan masyarakat Kuba yang tinggal di AS bersorak gembira setelah mendengar berita pengunduran diri Fidel Castro. Ratusan ribu warga Kuba menggunakan rakit, perahu, dan sarana seadanya guna melarikan diri ke Florida, AS, yang hanya terpisah oleh laut sejauh 145 kilometer, mencari kehidupan ekonomi yang lebih baik.

Arus warga Kuba ke AS berlangsung sejak Castro berkuasa, lebih-lebih lagi setelah bubarnya Uni Soviet pada awal tahun 1990-an. Hilangnya subsidi bernilai miliaran dollar AS dari Moskwa membuat kehidupan sosial ekonomi warga Kuba semakin berat. (Reuters/AFP/AP/ppg)

Selasa, 19 Februari 2008

TIPS:


PENGENDALIAN KESADARAN UNTUK BERPIKIR BESAR*
By:Evoel

Seringkali kita berpikir bahwa mengapa orang bisa berbuat hal-hal yang hebat, menghasilkan karya-karya besar dan sangat berpengaruh luas bagi masyarakat dan peradaban bumi ini. Atau bahkan cuma bisa merasakan hidupnya lebih indah, dan dijalaninya dengan penuh sukacita. Sedangkan kita, atau Anda merasa hidup ini tidak adil. Kita tidak pernah mendapatkan apa yang kita inginkan, dan tidak bisa melakukan apa yang kita ingin lakukan. Lalu kita menyalahkan Tuhan, orang tua kita, dan lingkungan sekitar kita.
Sebenarnya itu hanyalah pikiran kita. Pikiran yang sudah terbebani dan terpengaruh oleh apa yang sudah terjadi pada kita di masa yang telah lalu dan masa sekarang. Kehidupan kita sebenarnya dikendalikan oleh pikiran itu, yang terletak di otak kita. Seperti yang dikatakan oleh William Shakespeare bahwa, “Tak ada buruk atau baik kecuali yang dibuat buruk dan baik oleh pikiran”. Jadi, setiap langkah yang kita ambil merupakan tanggung jawab dari hasil (output) pikiran yang melintas di benak kita. Untuk membuat kita menjadi orang yang bisa menikmati hidup, merasakan indahnya dunia ini, terhindar dari perasaan iri, dan sebagainya, maka diperlukan pikiran-pikiran besar dan hebat. Seperti yang dikatakan oleh Ralph Waldo Emerson bahwa, “Manusia besar adalah mereka yang mengetahui bahwa pikiran-pikiran besar menguasai dunia”.
Yang jadi pertanyaan adalah bagaimana kita bisa menguasai pikiran-pikiran hebat itu dengan apa adanya diri kita masing-masing. Pikiran itu tidak bisa tumbuh begitu saja pada setiap orang. Yang harus kita lakukan adalah menjaga kesadaran untuk membuat itu dapat terjadi. Sebenarnya pikiran-pikiran hebat itu sudah banyak kita ketahui. Ribuan pepatah, kata-kata bijak, kunci-kunci keberhasilan, trik-trik sukses, metode belajar, dorongan ibadah, pengetahuan surga-neraka, pahala dan dosa, hukum, dan sebagainya. Namun kita merasa itu hanyalah sebagai pengetahuan biasa saja. Tanpa mencoba berusaha lebih keras untuk melakukan dan menanggapinya. Hal tersebut memang terlalu ideal dan terkadang sulit untuk dikerjakan. Tapi setidak-tidaknya untuk membuat hidup kita lebih indah, lebih bermakna, kita perlu tahu tentang pengendalian kesadaran, yaitu melakukan sesuatu dengan spirit atau jiwa kita.
Kesadaran yang akan menentukan baik buruknya pikiran kita dan tenaga untuk menjalankannya dipengaruhi oleh banyak faktor. Tetapi sebelum kita mengetahuinya, kita harus mencamkan pada diri kita sebuah pepatah dari William Butler Yeats, “My self must I remake”, yaitu tidak ada yang dapat merubah diri kita selain diri kita sendiri. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menumbuhkan kesadaran yang akan mendorong kita melakukan hal-hal yang besar:
Hal pertama yang berpengaruh pada kesadaran kita dalam berpikir adalah tranferensi, yaitu berlangsungnya pengiriman (transfer) cara pandang masa lampau ke masa kini. Betapa berpengaruhnya relasi emosi yang terjadi pada waktu lampau terhadap mentalitas kita sekarang. Pengaruh orang tua, hubungan dengan teman sekolah, lingkungan, dan pemenuhan kebutuhan kita akan membawa corak pada sikap, perilaku, dan mentalitas kita. Belajarlah untuk mengurangi (merevisi) transferensi dengan terus-menerus mencermati cara pandang yang dipakai untuk menghadapi kehidupan ini hari demi hari. Mulailah berpikir realistis dan sesuai dengan kehidupan masa kini, dan mulailah melupakan masa lalu. Berpikirlah “here and now” dan hadapi hambatan-hambatan tranferensi. Psikiater M. Scott Peck menyebut penghambat itu sebagai inertia of laziness (berasal dari rasa malas), dan resistance of fear (rasa takut untuk berubah). Nietzsche pernah berujar, “Belajarlah bagaimana melupakan pada saat yang tepat dan mengingat pada saat yang tepat”. Masa lampau atau sejarah dapat memasukkan orang ke dalam keputusasaan yang mendalam atau mendorongnya menciptakan keindahan. Sejarah dapat mendorong orang untuk mengafirmasi sekaligus menolak hidup. Ketidakmampuan orang melupakan sejarah dapat memenjarakannya pada situasi yang membuat ia tidak mampu mengambil keputusan dan menjadi kreatif. Sebaliknya, orang yang tidak mempunyai kesadaran masa lampau juga tidak normal. Akibat yang ditimbulkannya adalah tidak dapat mengatur diri sendiri, merusak kesempatan-kesempatan untuk hidup terus, dan membuat kebudayaan tanpa tradisi. Bagi Nietzsche, dunia dipenuhi dan disempurnakan pada setiap saat dan dengan demikian tujuan dapat dicapai pada setiap saat pula.
Hal yang kedua yaitu, kesadaran perlu diusahakan dan perlu digerakkan. Lakukan hal-hal yang dapat mendongkrak kesadaran kita. Ciptakanlah mood kita sendiri. Tidak perlu menunggu spirit dan jiwa kita menggerakkan kesadaran itu, karena akan semakin menambah beban masalah. Kembangkanlah persahabatan, sahabat menurut Kahlil Gibran adalah kebutuhan jiwa yang mesti terpenuhi. Maksud dari persahabatan adalah saling memperkaya ruh kejiwaan, saling mengisi kekurangan dan membagi kebahagiaan serta kesedihan. Orang yang memiliki banyak sahabat adalah orang yang pandai menyelami hidup, begitu kata orang Jepang. Namun, jika kita tidak banyak memiliki sahabat, maka kita pun bisa menciptakan sahabat sendiri. Jangan anggap kesepian merupakan alat pembunuh pikiran kita. “Bakat terbentuk dalam gelombang kesunyian, watak terpupuk dalam riak besar kehidupan”, demikian penyair besar J. Wolfgang von Goethe mengingatkan. Belajarlah mengoptimalkan pikiran, karena dari 100 persen kapasitas otak, manusia hanya dapat memakai 10 persen saja untuk berpikir dan orang jenius hanya telah memakai 6 persen kapasitas otaknya! Gali dan cari warna serta kompetensi kita sendiri, karena manusia adalah makhluk yang unik dan kreatif dalam situasi apa pun. Sering membaca dapat menjaga kesadaran kita. Anda dapat menemukan banyak hal untuk dipikirkan ketika membaca. Berlatihlah mewujudkan ide-ide yang muncul dengan berkreasi dan mereproduksinya dalam bentuk-bentuk yang memungkinkan. Hal tersebut pertama-tama harus dipaksakan, misalnya jika Anda memiliki ide untuk menulis maka cepat-cepatlah tuliskan pada media yang dapat Anda temui, jangan biarkan hal-hal lain mengganggu dan menghilangkan ide itu. Camkan pepatah yang pernah dilontarkan oleh Benyamin Franklin, “Jangan tangguhkan sampai besok, apa yang Anda dapat lakukan hari ini”.
Hal yang ketiga adalah bagaimana kita memanfaatkan lamunan (daydream). David J. Schwartz mengatakan bahwa, “Kehidupan yang besar selalu dimulai dengan impian besar”. Jangan pernah takut untuk bermimpi. Apa yang dilamunkan oleh pikiran Anda bukan tidak mungkin akan menjadi kenyataan. Paling tidak Anda dapat menciptakan dan mengontrol lamunan dan mencoba mengangankan bagaimana membuatnya menjadi kenyataan. Faktor-faktor apa saja yang diperlukan, siapa-siapa saja yang mungkin terlibat dan bagaimana memperlakukannya untuk mencapai impian Anda itu. Berpikirlah positif dan selalu optimis, karena dengan membayangkan keberhasilan, kita akan tergugah untuk berusaha mewujudkannya. Begitu pula dalam tujuan kita untuk menjaga kesadaran diperlukan lamunan, impian, khayalan, dan pergerakan. Karena seperti apa yang dikatakan oleh C. Nicholson Hilton bahwa, “Nilai Anda ditentukan oleh adonan yang Anda buat sendiri”, bagaimana Anda mengolah dan menempa diri Anda. Terdapat beberapa cara yang dikemukakan oleh Dr. Singer, psikolog dari Universitas Yale dan Elle Switzer untuk memanfaatkan lamunan, yaitu: 1) dimanfaatkan untuk menggambarkan bagaimana kita akan menghadapi suatu kesulitan, mengulangi pemecahan atau reaksi untuk suatu kejadian atau situasi yang mungkin terjadi di masa depan atau bercekcok dalam kepala sampai persoalan yang dihadapi selesai, dan 2) lamunan bisa dimanfaatkan untuk mengisi waktu, karena melamun berhubungan dengan keadaan istirahat dan bisa mengurangi rasa tegang, stress, dan risau. Apa pun yang dapat Anda lakukan, yang Anda impikan, mulailah. Keberanian mengandung kejeniusan, kekuatan, dan keajaiban di dalamnya, demikian W.H. Murray. Armijn Pane menulis, “Angan-angan yang hidup menjadi cita-cita, dan cita-cita menghidupkan manusia, membuat dia bernyawa dan bergerak”. Sebagaimana yang dikatakan juga oleh Khoo Ping Ho, “Hidup adalah gerak!”.
Hal yang keempat adalah bagaimana cara kita menikmati hidup ini. Apa pun yang telah kita capai sekarang, betapa pun tidak bahagia dan puasnya kita, nikmatilah! “Kita ditantang oleh 1000 Dewa!”, begitu jerit Rendra. Jika kucing memiliki 9 nyawa, maka untuk manusia tidak cukup 10 nyawa! Begitu banyak tantangan kemanusiaan yang perlu kita hadapi, begitu banyak kebutuhan yang perlu kita penuhi, begitu banyak tuntutan yang perlu kita buktikan. “Never look back, unless you can laugh. Never look forward unless you can dream”, ingat salah satu boss di Formula 1 Eddie Jordan. Betapa pun sulitnya, betapa pun kecilnya apa yang kita dapatkan dan kita kerjakan sekarang, cobalah untuk tidak mengeluh. Kita boleh marah, sedih, terluka, but life must go on. Jangan terlalu sering menengok ke belakang, jangan membesar-besarkan penyesalan tanpa memperbaikinya, ekspresikan kelebihan dan kemampuan kita dalam setiap kesempatan. Hal itu akan menambah keyakinan pada cara berpikir kita. Mulailah merasakan hidup ini lebih baik, saat kita baru saja bangun tidur di pagi hari. Tanamkan kesanggupan menerima hidup ini apa adanya. Karena hal itu pula yang dirasakan oleh Malcolm X, “Hanya aku sendiri yang bisa memahami, bahwasannya aku telah menemukan sebuah hal besar untuk dikerjakan, yaitu menerima segala sesuatu dengan pasrah apa yang sudah terjadi atas diriku”. Ada baiknya merasa cukup dengan pemberian Tuhan, tanpa harus berhenti berusaha lebih keras untuk maju. Mencoba lebih dekat dengan Tuhan akan memberikan kesadaran yang lebih baik. Sebagai manusia, kita tidak bisa lepas dari kesalahan dan kekhilafan. Tetapi seperti yang dikatakan Erich Fromm, “Setiap saat adalah suatu momen keputusan untuk lebih baik atau lebih buruk”. Tidak ada kata terlambat untuk bangkit kembali.
Hal yang kelima adalah kemampuan mengendalikan rasa takut. Semua orang pasti memiliki rasa takut akan sesuatu, dan rasa takut yang paling hebat adalah takut menghadapi orang. Itu merupakan suatu penyakit psikologis yang sangat mempengaruhi pikiran kita. Nyonya Franklin D. Roosevelt memberikan resep dalam menyembuhkan penyakit itu, yakni dengan mengambil tindakan dan dengan menghadapinya secara langsung. “Kita harus melakukan hal yang kita pikir tidak bisa kita lakukan”, tulisnya. Dengan begitu kita akan dapat menghadapi ketakutan yang berikutnya dengan hati tenang. “Manusia harus berjuang bukan hanya untuk melawan bahaya kematian, kelaparan, dan luka, melainkan juga untuk melawan bahaya lain yang khusus bagi manusia: menjadi gila”, demikian Erich Fromm. Dengan kata lain, manusia bukan hanya harus melawan bahaya kehilangan kehidupannya, melainkan juga harus melawan bahaya kehilangan akalnya. Padahal, tidak ada satu pun aset yang paling berharga dan yang paling kuat selain pikiran kita. Orang sukses, lanjut Fromm, tidak dihantui oleh perasaan takut, jenuh, atau sepi. Dia harus menemukan dunia yang lebih baik dari semua dunia ini, agar dapat berubah menjadi lebih baik, dia harus menekan ketakutan sebagaimana keraguan, depresi, dan ketidakberdayaan.
Hal terakhir yang berpengaruh pada kesadaran kita adalah keinginan yang besar atau ambisi. Ambisi berbeda dengan impian. Dengan ambisi, seseorang akan berusaha jauh lebih keras untuk menggapai apa yang dia dikehendaki. Karena dengan ambisi yang besar, kita harus membuat rencana-rencana yang besar pula. Ambisi akan menimbulkan kegairahan dalam hidup kita. Ambisi seperti halnya nafsu atau angin, dibutuhkan oleh kapal yang sedang berlayar di tengah lautan, ia akan mandeg jika tidak ada angin dan akan karam jika angin terlalu besar. Ambisi membuat orang merasa terus dalam persaingan orang-orang hebat. Sampai-sampai orang sekaliber Plato pun mengatakan, “Hanya pertandingan, yang membuatku menjadi seorang penyair, seorang sophist, seorang orator”. Untuk menuntaskan suatu ambisi, kita perlu mengasah terus kemampuan, dan meningkatkan rasa antusiasme di dalam diri kita. Menurut C. Nicholson Hilton, antusiasme merupakan kekuatan yang tidak ada habisnya. Antusiasme dapat membantu mewujudkan ambisi kita. “Hasil terbaik yang dapat dicapai seorang manusia adalah hasil perpaduan antara ide dan antusiasme”, demikian Thomas J. Watson. Dengan antusiasme akan timbul semangat, keuletan, dan pantang menyerah, sehingga pintu keberhasilan semakin dekat dengan langkah kita. Jika kita dapat mempertahankan antusiasme ini seumur hidup, maka kita tidak akan pernah mengalami pensiun dalam arti harfiah. Maksudnya, kita tidak akan berhenti berkarya dan berpikir sampai akhir hayat kita. Dengan cara ini kita bisa maju, melindungi, dan memberi ilham dalam kehidupan.
Dengan pengendalian kesadaran yang teratur dan dilakukan secara terus menerus, akan tercipta suatu keadaan di mana kesadaran itu dapat mengatur dengan sendirinya. Kesadaran itu tidak boleh berhenti dan harus senantiasa berproses, berkembang dan meluas dari satu tahap ke tahap berikutnya sampai pada suatu kesadaran tertinggi yang oleh Paulo Freire disebut “the consice of the consciousness” (kesadarannya kesadaran). Hal ini sesuai dengan penggambaran karakteristik manusia yang dikemukakan oleh Karl Mark sebagai “free conscious activity” (manusia yang bertindak secara sadar). Kita diharapkan mampu membuahkan karya-karya terbaik yang akan berguna bagi dunia ini. Minimal kita melakukannya untuk diri kita sendiri, sehingga mampu menatap keindahan dunia ini melalui mata-mata mereka yang telah berhasil.


*dengan beberapa perubahan, edisi bahasa Inggris diterbitkan oleh VOSEF Vol. 2002, penulis yang sama, dari banyak sumber.

Jumat, 15 Februari 2008

Valentine Day to be A Philanthropy Day



Di tengah-tengah perdebatan mengenai apakah perlu tidaknya perayaan valentine day, kami memilih untuk menjadikannya sebagai salah satu penanda waktu untuk berkegiatan. Dengan tanpa menyebut-nyebut valentine day, hari kasih sayang, coklat, pink, mawar merah, kartu ucapan, 14 Februari, atau atribut lainnya yang tertuju pada sebuah kebudayaan asing, kami kumpulkan anak-anak yang baru bubar sekolah dan menggelar perlombaan sederhana yang kami namai “Spelling Contest”. Ini pun budaya asing yang memakai istilah asing dan kebetulan lomba itu pun mengharuskan peserta mengeja kata-kata asing (dalam hal ini Bahasa Inggris).

Kami mulai berpikir-pikir, lama-kelamaan manusia bisa “terasing” karena tidak mengenal yang “asing-asing”. Karena kami pun menggunakan perangkat ‘kamera’, ‘komputer’, ‘flash disk’, ‘internet’, ‘blog’, lalu tulisan dan gambar-gambar ini dapat dibaca dan dilihat anda atau siapa saja, yang tadinya semua itu masih asing. Jadi, hemat kami merayakan valentine day atau perayaan lain dari berbagai-bagai bangsa atau agama tidak menjadi masalah diukur dari tujuan dan caranya. Jika valentine day dirayakan dengan hura-hura, pemborosan, dan sex bebas seperti yang mungkin terjadi pada perayaan tahun baru masehi, kami jelas-jelas menolaknya (kedua-duanya, valentine day dan tahun baru itu).
Jadi ini bukan tentang ‘merayakan’ valentine day. Karena kata teman-teman yang menentang valentine day, “kasih sayang kan bisa ditunjukkan setiap hari”. Ini hanya tentang momentum, karena kami tidak lantas bertanya, “mengapa idul kurban tidak dirayakan tiap hari?” atau “mengapa bagi-bagi angpau hanya ketika Imlek saja?” atau “kenapa mensyukuri nikmat umur kok pas hari ulang tahun saja?” Untuk menjaga esensi suatu nilai, kasih sayang, rasa syukur, atau kedermawanan, memang seringkali dibutuhkan suatu momen khusus. Sampai-sampai kesultanan Turki perlu mencanangkan perayaan Maulid Nabi dengan tujuan kembali meneladani dan mempelajari peri kehidupan Nabi Muhammad SAW. Manusia memang terlalu mudah lupa dan teralihkan oleh berbagai kenyataan hidup, memiliki kecenderungan ‘ujub, takabur, dan jumawa. Oleh karena itu, sebuah perayaan kadang-kadang diperlukan.

Melihat antusiasme anak-anak ketika mengikuti lomba dan menunjukkan ‘kebolehannya’ mengeja kata-kata, membuat hati kami sedikit ciut. Karena hadiah yang bisa kami berikan hanyalah ‘sekedar hadiah’. Mungkin antusiasme ini kurang lebih sama dengan antusiasme masyarakat ketika menonton hewan kurban dipotong, diiris-iris dan bagikan.

Selasa, 12 Februari 2008

mau jadi apa kita???

Jakarta, Kompas - Jumlah sarjana yang menganggur melonjak drastis dari 183.629 orang pada tahun 2006 menjadi 409.890 orang pada tahun 2007. Ditambah dengan pemegang gelar diploma I, II, dan III yang menganggur, berdasarkan pendataan tahun 2007 lebih dari 740.000 orang.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Fasli Jalal, mengutip data Badan Pusat Statistik, mengatakan, hingga Februari 2007, jumlah sarjana yang menganggur sebanyak 409.890 orang. Belum lagi lulusan diploma III yang belum mendapatkan pekerjaan sebanyak 179.231 orang serta diploma I dan diploma II yang menganggur berjumlah 151.085 orang. Total penganggur keluaran institusi pendidikan tinggi berjumlah 740.206 orang.

Angka-angka tersebut bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2006 (hingga Agustus). Pada tahun tersebut angka sarjana yang menganggur sebanyak 183.629 orang. Adapun untuk lulusan diploma III sebanyak 94.445 orang serta lulusan diploma I dan diploma II berjumlah 130.519 orang. Total penganggur keluaran institusi pendidikan tinggi berjumlah 408.593 orang.

Fasli Jalal mengatakan, data itu berdasarkan pendataan Badan Pusat Statistik terhadap lulusan pendidikan tinggi yang belum bekerja, tidak mempunyai usaha tertentu, dan terbuka kemungkinan sedang transisi berpindah kerja.

Tidak terserapnya lulusan pendidikan tinggi tersebut antara lain disebabkan kompetensi lulusan yang masih rendah atau tidak sesuai kebutuhan dunia kerja. Oleh karena itu, dibutuhkan standar nasional guna menjamin kualitas lulusan.

Program studi jenuh

Penyebab lain ialah terdapat program-program studi dengan jumlah lulusan yang sudah terlalu berlimpah atau jenuh. Jurusan yang jenuh tersebut terutama untuk ilmu sosial, ekonomi, politik, dan hukum. Namun, Departemen Pendidikan Nasional sendiri masih harus melihat distribusi lulusan antardaerah dan kebutuhan daerah.

”Bisa saja di perkotaan atau daerah jumlah lulusan dari program studi tersebut berlimpah, tetapi di daerah lain justru kekurangan. Jadi, tidak bisa langsung asal menutup atau membuka program studi,” ujarnya.

Selain itu, dapat saja sebuah daerah yang kekurangan lulusan perguruan tinggi program studi tertentu mengirim mahasiswa dengan beasiswa ke perguruan tinggi yang telah ada dan kemudian membuat sistem ikatan dinas agar para putra daerah itu kembali untuk membangun daerahnya.

Angka partisipasi kasar (APK) di tingkat pendidikan tinggi terus meningkat hingga saat ini sekitar 17 persen dari penduduk berusia 19-24 tahun yang jumlahnya mencapai 25 juta orang. Setiap kenaikan 1 persen dibutuhkan sekitar lebih dari 100.000 mahasiswa. Walaupun, APK secara regional masih berbeda-beda, bahkan masih ada daerah yang APK perguruan tingginya cuma 6 persen. (INE)
Pokoknya Tetep Semangat aja deh ......

diambil dari www.kompas.co.id

hot info

Nine Lies About Global Warming

By Ray Evans

1. Karbondioksida adalah polutan

Karbondioksida merupakan gas non-toksik yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa yang penting bagi semua kehidupan di bumi. Semua tumbuh-tumbuhan hijau memerlukan karbondioksida untuk proses fotosintesis yang akan menghasilkan makanan bagi tumbuhan dan oksigen bagi manusia dan hewan. Dengan meningkatnya karbondioksida maka kecepatan pertumbuhan tanaman juga akan meningkat. Contohnya, meningkatnya konsentrasi karbondioksida di atmosfer dari 325 ppmv (parts per million by volume) pada tahun 1970 menjadi 375 ppmv saat ini, menjadikan hasil panen gandum Australia meningkat selama 30 tahun terakhir, yang merupakan bagian dari pengayaan karbondioksida.

2. Abad ke 20 merupakan abad terpanas dalam sejarah dan dekade 1990-2000 merupakan yang terpanas


Konferensi pers atas peluncuran Third Assessment Report oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) menunjukkan grafik temperatur belahan bumi utara dari tahun 1000 sampai 2000, grafik ini dikenal sebagai Mann’s Hockey Stick. Dari tahun 1000-1900 temperatur belahan bumi utara digambarkan mendingin 0.2°C. Dari tahun 1900-2000 temperatur menghangat 0.6°C.

Tujuan dari grafik ini untuk meligitimasi klaim bahwa pemanasan pada abad ke-20 merupakan kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya; yaitu karena emisi anthropogenik (ulah manusia) karbondioksida; yang menuntut kebijakan dekarbonisasi harus diimplementasikan secepatnya.

Tapi, periode Medieval Warm Period, dari tahun 800 sampai 1300, periode yang cukup hangat dimana Vikings dapat mendirikan koloni di Greenland yang berlangsung selama 300 tahun, tidak dimasukkan kedalam grafik!!! Periode Little Ice Age dari tahun 1560 sampai 1850 juga dihapus dari grafik ini.

Medieval Warm Period ini merupakan fenomena global. Pada periode ini, Eropa menikmati kemakmuran pertanian dengan melimpahnya makanan dan pesatnya pertumbuhan populasi. Kala itu mereka membuat proses besar dibidang teknologi, penemuan seperti jam mekanik dan kincir angin, pendirian katedral besar, dan pembangunan kota dagang seperti Venice, Amsterdam, dan London. Merupakan suatu ironi bahwa para global warmers harus menghapus era yang luar biasa ini dari kampanye mereka.

3. Bukti yang menyatakan emisi anthropogenik (ulah manusia) karbondioksida menentukan pemanasan saat ini


Jika kita memplotkan temperatur global dan konsentrasi karbondioksida di atmosfer pada periode 1970-2000, kita akan mendapatkan korelasi yang beralasan, dan tampak masuk akal untuk mengatakan bahwa emisi anthropogenik yang menyebabkan pemanasan global. Korelasi yang baik tidak membuktikan sebab akibat antar dua variable, dan yang lebih penting, jika kita memperluas skalanya dan memplotkan konsumsi bahan bakar fosil (yang mewakili emisi anthropogenik) dengan perubahan temperatur dari 1860 sampai 2000, kita akan melihat tidak ada korelasi sama sekali. Perhatikan grafik ini!!!

Perhatikan disini temperatur global meningkat dari 1860 sampai 1875, kemudian mendingin sampai 1890, meningkat sampai 1903, turun sampai 1918, dan meningkat drastis sampai 1941-42. Kita lalu mengalami pendinginan yang panjang sampai 1976, tahun dimana Pasific Climate Shift, dan sejak itu temperatur meningkat kira-kira 0.4°C. Tidak ada korelasi antara kurva temperatur dan kurva anthropogenik CO2 selama lebih dari 140 tahun!

4. Konsensus ilmiah yang menyatakan emisi anthropogenik CO2 telah menyebabkan pemanasan global yang signifikan dan harus segera dibatasi untuk mencegah malapetaka di masa depan


Beberapa hari sebelum COP (Conference of the Parties), sebuah pertemuan negara-negara yang meratifikasi UNFCCC (United Nation Framework Convention on Climate Change), yang diselenggarakan di Buenos Aires Desember 2004, Jurnal Science dipublikasikan Dr Naomi Oreskes, professor di University of California di San Diego. Dia mengklaim telah menganalisis abstrak – menggunakan keywords ‘climate change’- dari semua paper ilmiah yang terdaftar pada ISI database pada dekade 1993-2003. Tujuh puluh lima persen dari 928 abstrak yang dia analisis (yaitu 695) masuk kedalam kategori ‘baik secara implisit atau eksplisit menerima pandangan konsensus’. Untuk pertama kalinya bukti empiris menunjukkan kebulatan suara dengan konsensus terhadap emisi anthropogenik pada global warming.

Dr Benny Peiser dari John Moores University di Liverpool memutuskan untuk meniru studi ini. Dia menemukan bahwa pencarian pada ISI database menggunakan keyword ‘climate change’ dari tahun 1993-2003 menunjukkan hampir 12.000 paper yang dipublikasikan dipertanyakan. Orekes kemudian mengakui bahwa dia menggunakan keywords ‘global climate change’. Hal ini mengurangi paper yang di-review menjadi 1247 yang mana yang telah diabstrakkan berjumlah 1117.
Dari 1117 abstrak, hanya 13 (1%) yang secara eksplisit mendukung ‘pandangan konsensus’. Tiga puluh empat abstrak ditolak atau dipertanyakan tentang pandangan bahwa manusia adalah pendorong utama ‘pemanasan selama lebih dari 50 tahun pengamatan’.
Orakes mengklaim bahwa ‘tidak ada satupun paper yang menentang [bahwa climate change saat ini alami]. Tapi, 44 paper menekankan bahwa faktor alam memainkan peranan penting ,jika tidak, merupakan kunci dari climate change saat ini.

Dr Preiser mengirim surat ke Science untuk memuat hasil investigasinya. Science menolak untuk mempublikasikannya.

Hendrik Tennekes, ahli fisika turbulen dunia, yang baru pensiun dari Director of Research, Royal Netherlands Meteorological Institute:

Kekolotan para ahli climate menyebabkan kesalahpahaman yang disebabkan oleh pembicara, seperti yang dilakukan IPCC, tentang dasar ilmiah Climate Change. Karena itu, saya merespon ideology itu dengan menyatakan bahwa tidak mungkin fisika dapat menghasilkan dasar ilmiah yang dapat diterima secara universal untuk digunakan untuk mengambil kebijakan tentang climate change.

Garth Paltridge dari Australia, ilmuan terkemuka yang telah pensiun dari jabatannya sebagai Director of the Antarctic CRC and IASOS di University of Tasmania, berkomentar:

Tiap laporan [IPCC Assessment Report] diutarakan dengan cara tertentu agar tampak lebih meyakinkan dibandingkan laporan terakhir bahwa pemanasan rumah kaca berpotensi menyebabkan bencana kemanusiaan. Keyakinan itu tidak berasal dari cabang ilmu manapun. Tapi itu merupakan fungsi dari betapa kuatnya pernyataan tentang global warming diutarakan tanpa mendapat sanggahan dari komunitas ilmuan. Selama bertahun-tahun, opini dari komunitas itu telah dimanipulasi setidak-tidaknya mendukung secara pasif kampanye untuk mengisolasi – dan tentu saja memperburuk – keraguan ilmiah diluar pusat aktifitas IPCC. Audiens telah diposisikan untuk menerima. Dengan demikian mereka secara bertahap menjadi lebih mudah untuk menjual bencana efek rumah kaca.

5. Emisi anthropogenik CO2 dan penyebab global warming yang lain bertanggung jawab tidak hanya pada peningkatan temperatur dan kekeringan, tapi juga terhadap meningkatnya badai salju, salju yang tidak pada musimnya, dan cuaca yang membekukan. Mereka juga bertanggung jawab terhadap meningkatnya jumlah angin topan.


Tahun-tahun belakangan ini Amerika Utara, UK, dan Eropa Utara mengalami musim dingin yang parah (tapi tidak separah musim dingin 1946-47), menyebabkan cerita global warming mulai terlihat usang. Sehingga kata ‘climate change’ menggantikan global warming, dan penjelasan diletakkan di awal untuk menjelaskan mengapa peningkatan emisi anthropogenik CO2 dapat menyebabkan musim dingin yang parah dan juga musim panas yang terlalu panas. Puncak kampanye ini adalah film The Day After Tomorrow yang memperlihatkan New York dibanjiri salju dan es ketika global warming memicu datangnya jaman es berikutnya.

Salah satu argumen yang sering dipakai adalah berhentinya arus teluk (Gulf Stream) oleh global warming beserta akibatnya yang menghebohkan seluruh Eropa. Carl Wunsch, Professor of Physical Oceanography pada MIT dan ahli kelautan dunia menyatakan:

Satu-satunya cara untuk menghasilkan sirkulasi laut tanpa arus teluk adalah dengan cara mematikan sistem angin atau menghentikan rotasi bumi, atau keduanya.

Beberapa bulan lalu (artikel ini dirilis Februari 06) di Florida, Louisiana dan Texas muncul beberapa angin topan besar. Katrina, khususnya, menyebabkan kerusakan yang luar biasa di New Orleans. Sekali lagi para global warmers dengan cepat menyalahkan ini semua pada global warming dan emisi anthropogenik. Swiss Re dan Munich Re adalah dua perusahaan asuransi besar yang melakukan semua yang mereka bisa untuk mendukung argumen yang menyatakan anthropogenik CO2 sebagai biang keladinya.
Tidak ada bukti yang mendukung hal ini. Tidak ada korelasi antara kejadian dan keparahan angin topan dengan konsentrasi CO2 di atmosfer. Pembayaran klaim asuransi tentu saja meningkat. Hal ini karena warga Amerika bermigrasi ke daerah selatan yang lebih hangat. Florida mempunyai populasi 20 juta jiwa dan nilai real estate di daerah ini juga tentu ikut meningkat.

6. Karena emisi anthropogenic, es kutub mencair dan permukaan laut meningkat. Peningkatan permukaan air laut dapat menenggelamkan negara-negara yang berada di Pasifik dan Samudra Hindia (gw – wah jg2 indonesia juga)

Sebelum pertemuan AP6 di Sydney pada 11-12 Januari 06 (the Asia Pacific Partnership on Clean Developtment and Climate, APPCDC), permintaan perhatian dilakukan oleh perwakilan Pacific Island States. AOSIS (Alliance of Small Island States) mengklaim, karena global warming, permukaan air laut meningkat, pulau-pulau mereka kini berada di bawah permukaan air, dan permintaan khusus kepada Pemerintah Australia adalah untuk memberikan visa permanen kepada warga negara tersebut.

Masalahnya adalah tidak ada bukti yang mendukung klaim mereka. The South Pacific Sea Level and Monitoring Project, menemukan tidak adanya bukti kenaikan permukaan air laut.

Morner dan timnya melakukan investigasi yang mendalam pada klaim yang dibuat oleh IPCC bahwa Pulau Maldive di Samudra Hindia beresiko atas kenaikan permukaan air laut yang dipercepat oleh global warming. Dia menemukan bukti kuat bahwa permukaan air laut di pulau Maldive turun selama 30 tahun terakhir, dan dulunya pulau tersebut beserta penghuninya selamat dari peningkatan permukaan air laut. Yang jarang disinggung yaitu bahwa banyak dari pulau ini berada dekat perbatasan lapisan kerak bumi, yang pergerakannya bertanggung jawab atas naik turunnya pulau tersebut terhadap permukaan air laut.

Global warmers berpendapat kenaikan permukaan air laut disebabkan oleh mencairnya es kutub dan oleh karena itu permukaan air laut juga meningkat. Tampaknya para global warmers tidak mengerti bahwa Es Arctic mengapung di laut Arctic, yang menghasilkan perbedaan kecil apakah ini berada pada bentuk es atau bentuk cair. Bentuk es (padat) mempunyai kepadatan 90% dari bentuk cair dan mengapung di dalam air.

Kapanpun tayangan tentang kenaikan permukaan air laut muncul di TV, kita melihat gunung es lahir dari retakan lapisan es. Kita tidak melihat salju turun diatas lapisan es Antarctic beberapa ribu meter tingginya di atas permukaan laut dimana temperaturnya jarang sekali berada di atas titik beku. Pengamatan satelit pada lapisan es Greenland menunjukkan penebalan bukan pengurangan, dan lapisan es Antarctic mendekati keseimbangan.

7. Kecuali emisi anthropogenik CO2 dikurangi 50-60 persen dari tingkat yang sekarang pada tahun 2050, maka pada tahun 2100 anak cucu kita akan menahan temperatur global antara 1.4 sampai 5.8°C lebih panas dari sekarang


Klaim ini berdasarkan proyeksi yang berasal dari model yang dijalankan oleh computer canggih yang ditujukan untuk mensimulasikan respon atmosfer terhadap perubahan konsentrasi CO2. Klaim bahwa computer dapat melakukan ini dan menghasilkan hasil yang berarti dianggap omong kosong oleh ilmuan dalam bidang mekanika cairan, numeric modelling sistem kompleks, dan dalam bidang iklim.

Misalnya, Hendrik Tennekes, menulis:

tugas untuk menemukan semua mekanisme umpan balik non linier dalam mikrostruktur keseimbangan radiasi mungkin seperti mencari jarum dalam jerami. Ketaatan buta pada ide miring bahwa model iklim dapat dihasilkan mendekati aslinya melalui simulasi iklim adalah alasan utama mengapa saya tetap skeptis pada climate change. Dari latar belakang saya dalam bidang turbulensi saya menunggu hari hari dimana model iklim akan dijalankan dengan resolusi kurang dari satu kilometer. Masalah ramalan mengerikan dari aliran turbulen kemudian akan menurun pada ilmu iklim sebagai balas dendam.

Reid Bryson, Emeritus Professor di University of Winconsin, dan dianggap oleh banyak ahli klimatologi sebagai ‘bapak klimatologi’ menulis:

Sebuah model tidak lebih dari pernyataan formal tentang apa yang dipercaya si pembuat model mengenai bagian dunia yang dikerjakannya… mungkin butuh bertahun-tahun sebelum kapasitas pengetahuan manusia dan computer cukup untuk membuat simulasi yang beralasan… model yang digunakan mempunyai kesalahan yang sama, tapi hal ini tidak mengejutkan, karena pada dasarnya model yang satu adalah cloning dari yang lain.

Bill Kininmonth dari Australia, direktur dari the National Climate Centre dari tahun 1986 sampai 1998 menulis:

Kemampuan yang tampak pada computer model untuk mensimulasikan temperatur permukaan global dari abad 20 muncul dengan banyak asumsi dan kelemahan. Walupun IPCC membela diri, tidak mustahil untuk mengisolasi gas rumah kaca anthropogenik sebagai penyebab (atau bahkan penyebab utama) untuk mengamati pemanasan pada dua dan paruh dekade abad 20. Peningkatan glasier gunung sampai pertengahan abad 19, dan keberadaan mereka mundur, menunjuk ke arah proses alam skala besar yang secara sistematis mempengaruhi sistem iklim dalam jangka waktu yang lama. Apakah sistematis proses adalah proses internal iklim atau sebuah akibat dari luar, atau kombinasi keduanya, tidak dapat ditentukan dengan tingkat kepercayaan berapapun berdasarkan data dan alat analisis yang ada. Sudah sewajarnya, respon sensitif dari temperatur bumi terhadap serangan gas rumah kaca tidak dapat diskalakan dengan merekomendasikan kepada besarnya peningkatan temperatur global saat ini dan serangan dari gas rumah kaca anthropogenik seperti yang ditunjukkan dalam simulasi model komputer dari abad ke 20.

8. Penyakit daerah tropis seperti malaria dan Demam Berdarah Dengue akan menyebar ke daerah beriklim sedang


Dalam kebohongannya, klaim yang satu ini mengherankan. Segera setelah IPCC mengeluarkan argumen ini pada tahun 1995, diantara sekian banyak kasus, kasus Oliver Cromwell yang meninggal karena malaria di London pada September 1658 pada periode dingin yang istimewa di Inggris dijadikan alasan. Paul Reiter, mantan Chief of the Entomology Section, Dengue Section, di US Centre for Disease Control and Prevention di San Juan, dan sekarang pada Pasteur Institute di Paris menulis tentang malaria di Inggris dan Eropa Utara selama abad ke 17. Diskusinya tentang malaria memberikan pengetahuan yang sangat menarik tentang resiko hidup di daerah berpaya-paya seperti di daerah Westminster dan di muara pesisir Thames.
Profesor Reiter berkomentar atas diskusi malaria dalam Second Assessment Report-nya IPCC:

Literature ilmiah tentang penyakit yang disebabkan nyamuk sangatlah banyak, namun referensi babnya terbatas pada artikel ringan, banyak yang malah tidak jelas, dan hampir semuanya memberi kesan meningkatnya angka kejadian penyakit ini pada iklim yang menghangat. Kekurangan informasinya tidaklah mengejutkan : belum ada peneliti yang menulis riset paper tentang masalah ini! Lebih lagi, 2 dari penulis yang adalah dokter, telah menghabiskan hampir seluruh karirnya sebagai aktivis lingkungan. [salah satunya telah mempublikasikan artikel ‘profesional’ sebagai ‘ahli’ dalam 32 bidang, mulai dari keracunan merkuri sampai ranjau darat, globalisasi sampai alergi, dan virus West Nile sampai AIDS]

Salah satu penulis yang berkontribusi adalah seorang entomologi, yang juga seorang yang menulis artikel yang tidak jelas tentang DBD dan El Nino, tapi yang paling menarik adalah artikel tentang keefektifan helm pada kecelakaan motor (ditambah satu paper tentang efek telepon seluler pada kesehatan).

Reiter menunjukkan bahwa malaria dan penyakit tropis lainnya membutuhkan kondisi-kondisi tertentu selain temperatur dalam penyebarannya. Contohnya, dia telah menganalisis perbatasan Texas-Meksiko, dimana DBD lazim ditemukan di Meksiko dan jarang di Texas meskipun kondisi lingkungannya mirip. Yang membedakan hanyalah kondisi kehidupannya.

9. Mematikan pembangkit listrik tenaga batubara dan menggantinya dengan sumber yang dapat diperbaharui seperti kincir angin dan tenaga matahari(atau bahkan tenaga nuklir) tidak akan menyebabkan kerugian ekonomi


Ahli lingkungan bertahan menolak dampak ekonomi yang disebabkan dekarbonisasi. Di satu pengertian khusus mereka secara teoritis benar. Jika kita semua secara sukarela naik sepeda daripada motor; jika kita mau aliran listrik hanya mengalir di saat angin bertiup saja; jika kita siap untuk tidak memakai pupuk dan traktor lagi; jika kita siap untuk hidup seperti jaman nenek moyang kita dahulu di abad ke 19; kita semua masih dapat bekerja, walaupun bekerja di malam hari akan menjadi sulit karena tidak adanya listrik.

Harga yang harus dibayar Australia jika membuang energy listrik berbasis batubara adalah sebagian besar industri ekspor akan mengalami kematian, yaitu pertambangan, pengolahan metal, pertanian, dan pengolahan makanan, yang membutuhkan energi besar dan menghasilkan untung dari penghematan energy. Energi berbasis batubara di Australia seharga $30-$40 per megawatt jam (MWh). Tenaga nuklir seharga $70-$80 per MWh, dua kali lipatnya. Kincir angin, yang menghasilkan listrik hanya jika angin bertiup, seharga $80-$130 per MWh, dan membutuhkan backup yang dapat diandalkan dan tentu saja menjadi tidak ekonomis. Energy matahari seharga antara $300-$500 per MWh dan tersedia hanya jika matahari bersinar.

Sejumlah ekonom (di Australia) telah menaiki kereta global warming dalam rangka mempromosikan yang mereka sebut mekanisme pasar untuk mereduksi emisi karbon. Perdagangan emisi merupakan proposal yang murah. Semua rencana kotor ini berbeda-beda di pasaran, misalnya lisensi taksi. Setiap kota besar di Australia mempunyai lisensi yang membatasi jumlah taksi yang beroperasi. Hal ini menciptakan faktor tambahan yang meningkatkan nilai lisensi taksi, dan lisensi ini diperdagangkan dengan total order $250.000. Jika peraturan yang menyatakan pengemudi taksi harus memiliki lisensi dihapuskan, nilai lisensi akan menjadi nol.

Lisensi ini menimbulkan pajak yang harus dibayar oleh pengguna taksi. Lisensi emisi untuk pembangkit energi atau kilang minyak akan dijalankan dengan cara yang sama. Yang tidak diketahui adalah seberapa besar pajak pada emisi karbon akan ditetapkan supaya pengguna listrik mau mengurangi konsumsi listrik mereka sampai batas yang ditetapkan. Contoh pengguna listrik besar misalnya peleburan aluminium dan pupuk tanaman, akan memindahkan perusahaan mereka ke negara lain. Perusahaan automobile Australia, yang sudah terancam oleh kompetisi internasional, akan ditutup. Dan efek dominonya akan menyebar ke seluruh ekonomi Australia menyebabkan pengangguran pada sektor industri pada awalnya dan kemudian merambah ke sektor lain (penulis artikel ini dan organisasinya berasal dari Australia).

Dampak ekonomi tersebut juga akan berdampak pada politik. Tidak akan ada pemerintah yang memperkenalkan pajak karbon ini yang akan menang di pemilu, sementara itu dampak yang dibawa akan berlangsung lama.

Kesimpulan

Penipuan global warming telah menjadi peristiwa ilmiah paling luar biasa setelah periode perang. Begitu banyak orang, dan institusi, telah terperangkap dalam jaring ketidakjujuran, terkuasai pikirannya oleh aktivis lingkungan melalui NGO (non government organization) dan manipulasi mereka pada proses-proses IPCC, bahwa integritas ilmiah barat pada kondisi beresiko serius. Pembongkaran jaring ini akan menyebabkan banyak individu kehilangan reputasinya, tapi yang lebih penting, dalam merestrukturisasi institusi-institusi ilmiah yang telah mengikatkan reputasi mereka pada IPCC. Masalah tersebut sekarang menjadi agenda politik.

versi asli klik : www.lavoisier.com.au/papers/articles/lav2006forWeb.pdf

Akankah Indonesia kembali sejahtera???

Ditemukan, Lapangan Migas Raksasa di Aceh
BPPT: Lebih Besar dari Milik Arab Saudi
JAKARTA - Bencana dahsyat tsunami di Aceh 26 Desember 2004 memunculkan berkah tak terduga empat tahun kemudian. Berawal dari studi pascagempa tsunami di perairan barat Sumatera, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) kemarin (11/2) memublikasikan temuan blok dengan potensi kandungan migas raksasa.

Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT Yusuf Surahman mengatakan, Survei BPPT bersama Bundesanspalp fur Geowissnschaften und Rohftoffe (BGR Jerman) itu menemukan kawasan perairan yang di dalam buminya diperkirakan terkandung migas 107,5 hingga 320,79 miliar barel. Lapangan migas tersebut terletak di daerah cekungan busur muka atau fore arc basin perairan timur laut Pulau Simeuleu, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). "Kandungan migas itu luar biasa besar," ujar Yusuf di Kantor BPPT Jakarta kemarin (11/2).

Sebagai perbandingan untuk menunjukkan besarnya kandungan migas di Aceh tersebut, Yusuf menyebutkan, saat ini cadangan terbukti di Arab Saudi mencapai 264,21 miliar barel atau hanya 80 persen dari kandungan migas di Aceh. Sementara itu, cadangan Lapangan Banyu Urip di Cepu diperkirakan hanya 450 juta barel. Lapangan migas dapat dikategorikan raksasa atau giant field jika cadangan terhitungnya lebih dari 500 juta barel.

Menurut Yusuf, angka potensi tersebut didapat dari hitungan porositas 30 persen. Artinya, diasumsikan hanya 30 persen dari volume cekungan batuan itu yang mengandung migas. Meski demikian, lanjut dia, belum tentu seluruh cekungan tersebut diisi hidrokarbon yang merupakan unsur pembentuk minyak. "Karena itu, penemuan ini perlu kajian lebih lanjut," katanya.

Dia menyatakan, meski belum diketahui secara pasti, salah satu indikasi awal keberadaan migas di cekungan tersebut dapat dilihat dari adanya carbonate build ups sebagai reservoir atau penampung minyak serta bright spot yang merupakan indikasi adanya gas.

Sejauh ini, lanjut Yusuf, Tim BPPT optimistis perairan timur laut Pulau Simeuleu mengandung migas skala raksasa. Sebab, beberapa daerah yang memiliki karakteristik sama sudah terbukti mengandung migas. Di antaranya, di wilayah Myanmar, Andaman, serta California, AS.

Meski demikian, BPPT akan tetap membuat perhitungan realistis. Menurut Yusuf, jika porositas diperkecil menjadi 15 persen, artinya diasumsikan hanya 15 persen dari volume cekungan yang mengandung migas, angka minimal cadangannya masih 53,7 miliar barel. "Tetap saja angka itu masih sangat besar," terangnya.

Penemuan BPPT tersebut mendapat tanggapan positif dari ahli geologi perminyakan Andang Bachtiar yang kemarin juga hadir di Kantor BPPT. Chairman PT Exploration Think Tank Indonesia (ETTI) itu mengatakan, wilayah perairan Indonesia memang memiliki banyak cekungan atau basin yang berpotensi mengandung migas. "Banyak di antaranya yang belum teridentifikasi," ujarnya.

Hingga saat ini, kata dia, sudah ada 66 cekungan plus 6 cekungan fore arc basin yang teridentifikasi berisi minyak. Pada 2003, lanjut dia, Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) berhasil mengidentifikasi hipotesis cadangan gas sebesar 26,7 triliun kaki kubik (TCF) yang tersebar di beberapa wilayah. "Kebanyakan memang berada di sebelah barat Sumatera," terangnya.

Terkait dengan penemuan BPPT itu, Andang menyatakan masih perlu kajian lebih lanjut untuk bisa mendekati hitungan berapa besar cadangan terbuktinya. Menurut dia, lokasi studi seismik 2D yang dilakukan BPPT dengan interval jarak 60 km masih terlalu longgar. "Harus lebih rapat lagi, paling tidak intervalnya 20 km," katanya.

Karena itu, lanjut dia, BPPT harus segera berkoordinasi dengan pemerintah untuk segera menindaklanjuti temuan tersebut. Sebab, untuk mengkaji lebih teliti, dibutuhkan dana cukup besar.

Dia menyebut, untuk proses studi seismik 2D yang lebih rapat, dibutuhkan dana sekitar USD 7 juta. Kemudian, untuk mengetahui angka cadangan migas, perlu dilakukan minimal 14 pengeboran sumur di 14 titik cekungan. Biaya pengeboran satu sumur, lanjut alumnus Colorado School of Mines, AS, itu, sekitar USD 30 juta. Dengan demikian, minimal dibutuhkan dana USD 427 juta. "Itu baru untuk studi eksplorasi. Untuk pengembangan lapangan, jumlahnya jauh lebih besar," jelasnya.

Andang menambahkan, yang saat ini harus segera dilakukan BPPT dan pemerintah adalah koordinasi. Menurut dia, meskipun lapangan migas tersebut paling cepat baru dapat dikembangkan dalam waktu tujuh tahun ke depan, pemerintah harus bergerak cepat. "Jangan sampai potensi ini salah urus," tegasnya.

Dia mengatakan, karakter lapangan yang berada di laut dalam (kedalaman lebih dari 200 meter) jelas membutuhkan dana besar dan teknologi tinggi yang belum tentu dimiliki Pertamina selaku perusahaan nasional. Meski demikian, lanjut dia, jangan sampai tersebarnya informasi potensi tersebut justru dimanfaatkan pihak-pihak yang punya modal besar dan teknologi, yakni perusahaan asing. "Intinya, pemerintah harus berusaha agar potensi ini bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan bangsa," jelasnya.

Terkait dengan hal itu, Kepala BPPT Said Jenie menyatakan sudah melaporkan penemuan tersebut ke Departemen ESDM. Selain itu, pihaknya sudah memberikan tembusan yang ditindaklanjuti Pertamina dengan mengirimkan letter of intent kerja sama untuk menindaklanjuti temuan tersebut. "Kami harap semua pihak terkait bisa cepat merespons temuan ini. Sehingga bisa segera ditindaklanjuti," ujarnya.

BPPT juga telah menyiapkan satu kapal riset yang dilengkapi alat khusus seismik untuk meneliti lebih lanjut dan telah meminta kepada pemerintah untuk mengamankan daerah perairan barat Aceh tersebut.