Kamis, 11 Oktober 2007

Catatan 3: Adil


Aku tak pernah meragukan keadilan Tuhan. Sebagai seorang beragama, yang meskipun tidak begitu saleh, aku meyakini keadilan Tuhan diperuntukkan bagi setiap makhluknya. Manusia, hewan, tumbuhan, sungai, gunung, batu, setan, malaikat, semuanya. Namun, kadang-kadang kita seolah melihat ketidakadilan Tuhan.
Tuhan memang seolah tidak adil, agar kita berpikir. Terkadang kita iba kepada bayi yang baru saja lahir kemudian langsung mati. Iba terhadap seorang gadis yang cantik kemudian besoknya tiba-tiba menjadi gila. Banyak pengemis yang seumur-umur terus mengemis, banyak pejabat yang korup dan terus berfoya-foya sementara para petani menangis dan meratap. Terlalu banyak ketidakadilan menurut persepsi kita.
Tetapi, sementara kita merengek-rengek tentang keadilan Tuhan, tanpa sadar kita sendiri pun banyak melakukan ketidakadilan. Tanpa sengaja kita mengabaikan orang lain dan menyakiti hatinya dengan ucapan kita, lalai atas tugas dan kewajiban kita, bahkan dengan geram membunuh seekor semut yang nangkring di piring kue kita. Kita terkadang begitu munafik dan kebanyakan meminta. Kalau kita ingat cerita tentang salah satu wali Allah yang menangis tersedu-sedu hanya karena mencabut rumput teki gara-gara ketidaksengajaannya, maka alangkah jauhnya dengan sikap kita.
Manusia sudah semestinya penuh dengan kasih, saling menyayangi antar sesama, memiliki keimanan sosial, berbagi dengan siapa saja, dan melakukan hal baik lainnya. Dan bagi mereka yang merasa mendapat ketidakadilan Tuhan, maka anggaplah itu sebagai cobaan sehingga keadilan lain akan datang dalam bentuk yang tidak terduga!

Tidak ada komentar: