Kamis, 11 Oktober 2007

Catatan 2: Hal Tertinggi


Bagaimana kita akan memecahkan masalah-masalah besar, jikalau kita tidak bisa memecahkan masalah-masalah kecil. Seperti kata Kahlil Gibran, “kita masih berhutang bagi manusia dan masa depan!” Titik awal sebagai permulaan menapaki jalan yang besar dan luas adalah bagaimana cara kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hal ini pernah diungkapkan oleh Aage Marcus, bahwa “hal tertinggi adalah gagasan-gagasanmu sehari-hari, yang diejawantahkan dalam praktek hidupmu sehari-hari.”
Jerat terbesar dalam hidup manusia adalah nafsu dan waktu. “Demi masa. Manusia selalu dalam kerugian,” manusia selalu kalah dan hidup hanya menunda kekalahan, atau hidup sendiri adalah kekalahan?
Hal yang segera dan harus kita lakukan adalah mengekang hawa nafsu dan mengalahkan lingkaran waktu yang statis. Ya, waktu memang sangat statis, satu hari adalah dua puluh empat jam, tak pernah lebih!
Nafsu sendiri dapat dikekang bila kita memahami dengan benar akan tubuh kita sendiri. Lihat saja! Rasakan! Berapa umur kita? Seberapa banyak organ-organ tubuh kita telah bekerja tanpa henti, terus-menerus, sepanjang hayat kita. “Jer basuki mawa beya,” begitu kata pepatah Jawa. “Tidak ada makan siang gratis!” Segala sesuatu harus ada pengorbanannya, kebahagiaan harus diperjuangkan, atau bisa dikatakan “ngelmu lewat laku.”
Itulah yang benar-benar harus diresapi maknanya dan diimplementasikan dalam memulai dan menutup hari-hari kita. Salah satu langkah kongkrit yang dapat dilakukan untuk mengekang hawa nafsu ini adalah dengan menjaga kesadaran kita dan dengan berpuasa.

Tidak ada komentar: