Selasa, 19 Februari 2008

TIPS:


PENGENDALIAN KESADARAN UNTUK BERPIKIR BESAR*
By:Evoel

Seringkali kita berpikir bahwa mengapa orang bisa berbuat hal-hal yang hebat, menghasilkan karya-karya besar dan sangat berpengaruh luas bagi masyarakat dan peradaban bumi ini. Atau bahkan cuma bisa merasakan hidupnya lebih indah, dan dijalaninya dengan penuh sukacita. Sedangkan kita, atau Anda merasa hidup ini tidak adil. Kita tidak pernah mendapatkan apa yang kita inginkan, dan tidak bisa melakukan apa yang kita ingin lakukan. Lalu kita menyalahkan Tuhan, orang tua kita, dan lingkungan sekitar kita.
Sebenarnya itu hanyalah pikiran kita. Pikiran yang sudah terbebani dan terpengaruh oleh apa yang sudah terjadi pada kita di masa yang telah lalu dan masa sekarang. Kehidupan kita sebenarnya dikendalikan oleh pikiran itu, yang terletak di otak kita. Seperti yang dikatakan oleh William Shakespeare bahwa, “Tak ada buruk atau baik kecuali yang dibuat buruk dan baik oleh pikiran”. Jadi, setiap langkah yang kita ambil merupakan tanggung jawab dari hasil (output) pikiran yang melintas di benak kita. Untuk membuat kita menjadi orang yang bisa menikmati hidup, merasakan indahnya dunia ini, terhindar dari perasaan iri, dan sebagainya, maka diperlukan pikiran-pikiran besar dan hebat. Seperti yang dikatakan oleh Ralph Waldo Emerson bahwa, “Manusia besar adalah mereka yang mengetahui bahwa pikiran-pikiran besar menguasai dunia”.
Yang jadi pertanyaan adalah bagaimana kita bisa menguasai pikiran-pikiran hebat itu dengan apa adanya diri kita masing-masing. Pikiran itu tidak bisa tumbuh begitu saja pada setiap orang. Yang harus kita lakukan adalah menjaga kesadaran untuk membuat itu dapat terjadi. Sebenarnya pikiran-pikiran hebat itu sudah banyak kita ketahui. Ribuan pepatah, kata-kata bijak, kunci-kunci keberhasilan, trik-trik sukses, metode belajar, dorongan ibadah, pengetahuan surga-neraka, pahala dan dosa, hukum, dan sebagainya. Namun kita merasa itu hanyalah sebagai pengetahuan biasa saja. Tanpa mencoba berusaha lebih keras untuk melakukan dan menanggapinya. Hal tersebut memang terlalu ideal dan terkadang sulit untuk dikerjakan. Tapi setidak-tidaknya untuk membuat hidup kita lebih indah, lebih bermakna, kita perlu tahu tentang pengendalian kesadaran, yaitu melakukan sesuatu dengan spirit atau jiwa kita.
Kesadaran yang akan menentukan baik buruknya pikiran kita dan tenaga untuk menjalankannya dipengaruhi oleh banyak faktor. Tetapi sebelum kita mengetahuinya, kita harus mencamkan pada diri kita sebuah pepatah dari William Butler Yeats, “My self must I remake”, yaitu tidak ada yang dapat merubah diri kita selain diri kita sendiri. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menumbuhkan kesadaran yang akan mendorong kita melakukan hal-hal yang besar:
Hal pertama yang berpengaruh pada kesadaran kita dalam berpikir adalah tranferensi, yaitu berlangsungnya pengiriman (transfer) cara pandang masa lampau ke masa kini. Betapa berpengaruhnya relasi emosi yang terjadi pada waktu lampau terhadap mentalitas kita sekarang. Pengaruh orang tua, hubungan dengan teman sekolah, lingkungan, dan pemenuhan kebutuhan kita akan membawa corak pada sikap, perilaku, dan mentalitas kita. Belajarlah untuk mengurangi (merevisi) transferensi dengan terus-menerus mencermati cara pandang yang dipakai untuk menghadapi kehidupan ini hari demi hari. Mulailah berpikir realistis dan sesuai dengan kehidupan masa kini, dan mulailah melupakan masa lalu. Berpikirlah “here and now” dan hadapi hambatan-hambatan tranferensi. Psikiater M. Scott Peck menyebut penghambat itu sebagai inertia of laziness (berasal dari rasa malas), dan resistance of fear (rasa takut untuk berubah). Nietzsche pernah berujar, “Belajarlah bagaimana melupakan pada saat yang tepat dan mengingat pada saat yang tepat”. Masa lampau atau sejarah dapat memasukkan orang ke dalam keputusasaan yang mendalam atau mendorongnya menciptakan keindahan. Sejarah dapat mendorong orang untuk mengafirmasi sekaligus menolak hidup. Ketidakmampuan orang melupakan sejarah dapat memenjarakannya pada situasi yang membuat ia tidak mampu mengambil keputusan dan menjadi kreatif. Sebaliknya, orang yang tidak mempunyai kesadaran masa lampau juga tidak normal. Akibat yang ditimbulkannya adalah tidak dapat mengatur diri sendiri, merusak kesempatan-kesempatan untuk hidup terus, dan membuat kebudayaan tanpa tradisi. Bagi Nietzsche, dunia dipenuhi dan disempurnakan pada setiap saat dan dengan demikian tujuan dapat dicapai pada setiap saat pula.
Hal yang kedua yaitu, kesadaran perlu diusahakan dan perlu digerakkan. Lakukan hal-hal yang dapat mendongkrak kesadaran kita. Ciptakanlah mood kita sendiri. Tidak perlu menunggu spirit dan jiwa kita menggerakkan kesadaran itu, karena akan semakin menambah beban masalah. Kembangkanlah persahabatan, sahabat menurut Kahlil Gibran adalah kebutuhan jiwa yang mesti terpenuhi. Maksud dari persahabatan adalah saling memperkaya ruh kejiwaan, saling mengisi kekurangan dan membagi kebahagiaan serta kesedihan. Orang yang memiliki banyak sahabat adalah orang yang pandai menyelami hidup, begitu kata orang Jepang. Namun, jika kita tidak banyak memiliki sahabat, maka kita pun bisa menciptakan sahabat sendiri. Jangan anggap kesepian merupakan alat pembunuh pikiran kita. “Bakat terbentuk dalam gelombang kesunyian, watak terpupuk dalam riak besar kehidupan”, demikian penyair besar J. Wolfgang von Goethe mengingatkan. Belajarlah mengoptimalkan pikiran, karena dari 100 persen kapasitas otak, manusia hanya dapat memakai 10 persen saja untuk berpikir dan orang jenius hanya telah memakai 6 persen kapasitas otaknya! Gali dan cari warna serta kompetensi kita sendiri, karena manusia adalah makhluk yang unik dan kreatif dalam situasi apa pun. Sering membaca dapat menjaga kesadaran kita. Anda dapat menemukan banyak hal untuk dipikirkan ketika membaca. Berlatihlah mewujudkan ide-ide yang muncul dengan berkreasi dan mereproduksinya dalam bentuk-bentuk yang memungkinkan. Hal tersebut pertama-tama harus dipaksakan, misalnya jika Anda memiliki ide untuk menulis maka cepat-cepatlah tuliskan pada media yang dapat Anda temui, jangan biarkan hal-hal lain mengganggu dan menghilangkan ide itu. Camkan pepatah yang pernah dilontarkan oleh Benyamin Franklin, “Jangan tangguhkan sampai besok, apa yang Anda dapat lakukan hari ini”.
Hal yang ketiga adalah bagaimana kita memanfaatkan lamunan (daydream). David J. Schwartz mengatakan bahwa, “Kehidupan yang besar selalu dimulai dengan impian besar”. Jangan pernah takut untuk bermimpi. Apa yang dilamunkan oleh pikiran Anda bukan tidak mungkin akan menjadi kenyataan. Paling tidak Anda dapat menciptakan dan mengontrol lamunan dan mencoba mengangankan bagaimana membuatnya menjadi kenyataan. Faktor-faktor apa saja yang diperlukan, siapa-siapa saja yang mungkin terlibat dan bagaimana memperlakukannya untuk mencapai impian Anda itu. Berpikirlah positif dan selalu optimis, karena dengan membayangkan keberhasilan, kita akan tergugah untuk berusaha mewujudkannya. Begitu pula dalam tujuan kita untuk menjaga kesadaran diperlukan lamunan, impian, khayalan, dan pergerakan. Karena seperti apa yang dikatakan oleh C. Nicholson Hilton bahwa, “Nilai Anda ditentukan oleh adonan yang Anda buat sendiri”, bagaimana Anda mengolah dan menempa diri Anda. Terdapat beberapa cara yang dikemukakan oleh Dr. Singer, psikolog dari Universitas Yale dan Elle Switzer untuk memanfaatkan lamunan, yaitu: 1) dimanfaatkan untuk menggambarkan bagaimana kita akan menghadapi suatu kesulitan, mengulangi pemecahan atau reaksi untuk suatu kejadian atau situasi yang mungkin terjadi di masa depan atau bercekcok dalam kepala sampai persoalan yang dihadapi selesai, dan 2) lamunan bisa dimanfaatkan untuk mengisi waktu, karena melamun berhubungan dengan keadaan istirahat dan bisa mengurangi rasa tegang, stress, dan risau. Apa pun yang dapat Anda lakukan, yang Anda impikan, mulailah. Keberanian mengandung kejeniusan, kekuatan, dan keajaiban di dalamnya, demikian W.H. Murray. Armijn Pane menulis, “Angan-angan yang hidup menjadi cita-cita, dan cita-cita menghidupkan manusia, membuat dia bernyawa dan bergerak”. Sebagaimana yang dikatakan juga oleh Khoo Ping Ho, “Hidup adalah gerak!”.
Hal yang keempat adalah bagaimana cara kita menikmati hidup ini. Apa pun yang telah kita capai sekarang, betapa pun tidak bahagia dan puasnya kita, nikmatilah! “Kita ditantang oleh 1000 Dewa!”, begitu jerit Rendra. Jika kucing memiliki 9 nyawa, maka untuk manusia tidak cukup 10 nyawa! Begitu banyak tantangan kemanusiaan yang perlu kita hadapi, begitu banyak kebutuhan yang perlu kita penuhi, begitu banyak tuntutan yang perlu kita buktikan. “Never look back, unless you can laugh. Never look forward unless you can dream”, ingat salah satu boss di Formula 1 Eddie Jordan. Betapa pun sulitnya, betapa pun kecilnya apa yang kita dapatkan dan kita kerjakan sekarang, cobalah untuk tidak mengeluh. Kita boleh marah, sedih, terluka, but life must go on. Jangan terlalu sering menengok ke belakang, jangan membesar-besarkan penyesalan tanpa memperbaikinya, ekspresikan kelebihan dan kemampuan kita dalam setiap kesempatan. Hal itu akan menambah keyakinan pada cara berpikir kita. Mulailah merasakan hidup ini lebih baik, saat kita baru saja bangun tidur di pagi hari. Tanamkan kesanggupan menerima hidup ini apa adanya. Karena hal itu pula yang dirasakan oleh Malcolm X, “Hanya aku sendiri yang bisa memahami, bahwasannya aku telah menemukan sebuah hal besar untuk dikerjakan, yaitu menerima segala sesuatu dengan pasrah apa yang sudah terjadi atas diriku”. Ada baiknya merasa cukup dengan pemberian Tuhan, tanpa harus berhenti berusaha lebih keras untuk maju. Mencoba lebih dekat dengan Tuhan akan memberikan kesadaran yang lebih baik. Sebagai manusia, kita tidak bisa lepas dari kesalahan dan kekhilafan. Tetapi seperti yang dikatakan Erich Fromm, “Setiap saat adalah suatu momen keputusan untuk lebih baik atau lebih buruk”. Tidak ada kata terlambat untuk bangkit kembali.
Hal yang kelima adalah kemampuan mengendalikan rasa takut. Semua orang pasti memiliki rasa takut akan sesuatu, dan rasa takut yang paling hebat adalah takut menghadapi orang. Itu merupakan suatu penyakit psikologis yang sangat mempengaruhi pikiran kita. Nyonya Franklin D. Roosevelt memberikan resep dalam menyembuhkan penyakit itu, yakni dengan mengambil tindakan dan dengan menghadapinya secara langsung. “Kita harus melakukan hal yang kita pikir tidak bisa kita lakukan”, tulisnya. Dengan begitu kita akan dapat menghadapi ketakutan yang berikutnya dengan hati tenang. “Manusia harus berjuang bukan hanya untuk melawan bahaya kematian, kelaparan, dan luka, melainkan juga untuk melawan bahaya lain yang khusus bagi manusia: menjadi gila”, demikian Erich Fromm. Dengan kata lain, manusia bukan hanya harus melawan bahaya kehilangan kehidupannya, melainkan juga harus melawan bahaya kehilangan akalnya. Padahal, tidak ada satu pun aset yang paling berharga dan yang paling kuat selain pikiran kita. Orang sukses, lanjut Fromm, tidak dihantui oleh perasaan takut, jenuh, atau sepi. Dia harus menemukan dunia yang lebih baik dari semua dunia ini, agar dapat berubah menjadi lebih baik, dia harus menekan ketakutan sebagaimana keraguan, depresi, dan ketidakberdayaan.
Hal terakhir yang berpengaruh pada kesadaran kita adalah keinginan yang besar atau ambisi. Ambisi berbeda dengan impian. Dengan ambisi, seseorang akan berusaha jauh lebih keras untuk menggapai apa yang dia dikehendaki. Karena dengan ambisi yang besar, kita harus membuat rencana-rencana yang besar pula. Ambisi akan menimbulkan kegairahan dalam hidup kita. Ambisi seperti halnya nafsu atau angin, dibutuhkan oleh kapal yang sedang berlayar di tengah lautan, ia akan mandeg jika tidak ada angin dan akan karam jika angin terlalu besar. Ambisi membuat orang merasa terus dalam persaingan orang-orang hebat. Sampai-sampai orang sekaliber Plato pun mengatakan, “Hanya pertandingan, yang membuatku menjadi seorang penyair, seorang sophist, seorang orator”. Untuk menuntaskan suatu ambisi, kita perlu mengasah terus kemampuan, dan meningkatkan rasa antusiasme di dalam diri kita. Menurut C. Nicholson Hilton, antusiasme merupakan kekuatan yang tidak ada habisnya. Antusiasme dapat membantu mewujudkan ambisi kita. “Hasil terbaik yang dapat dicapai seorang manusia adalah hasil perpaduan antara ide dan antusiasme”, demikian Thomas J. Watson. Dengan antusiasme akan timbul semangat, keuletan, dan pantang menyerah, sehingga pintu keberhasilan semakin dekat dengan langkah kita. Jika kita dapat mempertahankan antusiasme ini seumur hidup, maka kita tidak akan pernah mengalami pensiun dalam arti harfiah. Maksudnya, kita tidak akan berhenti berkarya dan berpikir sampai akhir hayat kita. Dengan cara ini kita bisa maju, melindungi, dan memberi ilham dalam kehidupan.
Dengan pengendalian kesadaran yang teratur dan dilakukan secara terus menerus, akan tercipta suatu keadaan di mana kesadaran itu dapat mengatur dengan sendirinya. Kesadaran itu tidak boleh berhenti dan harus senantiasa berproses, berkembang dan meluas dari satu tahap ke tahap berikutnya sampai pada suatu kesadaran tertinggi yang oleh Paulo Freire disebut “the consice of the consciousness” (kesadarannya kesadaran). Hal ini sesuai dengan penggambaran karakteristik manusia yang dikemukakan oleh Karl Mark sebagai “free conscious activity” (manusia yang bertindak secara sadar). Kita diharapkan mampu membuahkan karya-karya terbaik yang akan berguna bagi dunia ini. Minimal kita melakukannya untuk diri kita sendiri, sehingga mampu menatap keindahan dunia ini melalui mata-mata mereka yang telah berhasil.


*dengan beberapa perubahan, edisi bahasa Inggris diterbitkan oleh VOSEF Vol. 2002, penulis yang sama, dari banyak sumber.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Tulisan artikel di blog Anda bagus-bagus. Agar lebih bermanfaat lagi, Anda bisa lebih mempromosikan dan mempopulerkan artikel Anda di infoGue.com ke semua pembaca di seluruh Indonesia. Salam Blogger!
http://www.infogue.com/
http://www.infogue.com/pengetahuan_umum/pengendalian_kesadaran_untuk_berpikir_besar_/