Selasa, 22 Januari 2008

Perbincangan Ketjil #1:

Dimanakah Keterlibatan Mahasiswa terhadap Masyarakat?


Suatu kali, saya dan salah satu teman pengelola Ruang Baca Jojoba Kelana berkunjung ke balai desa Kelurahan Grendeng. Tujuan kami adalah mengenalkan perpustakaan komunitas ini kepada para aparatnya. Kami sangat ingin kegiatan-kegiatan yang ada di Ruang Baca Jojoba Kelana ini diketahui dan didukung oleh pemerintah minimal tingkat kelurahan. Hal yang tak terduga kemudian terjadi selama perbincangan kami yang “setengah resmi” itu.
Pertanyaan pertama yang diajukan oleh petugas kelurahan adalah “Selama ini kegiatan mahasiswa selain kuliah apa saja?” Mendapat pertanyaan seperti itu, kontan kami yang masing-masing memiliki background organisasi kampus (UKM = Unit Kegiatan Mahasiswa atau organisasi kampus lain) menjawab dengan lancar dan bahkan berlebih-lebihan karena saking banyaknya kegiatan yang pernah kami dilaksanakan. Tak dinyana kening petugas kelurahan yang bertanya itu mengernyit, “Lalu kegiatan buat masyarakat di sekitar sini apa saja mas?” Kami baru menyadari bahwa, selama ini kegiatan-kegiatan di kampus jarang menyentuh dan memperhatikan masyarakat serta lingkungan di sekitarnya.
Segenap aparat di Kelurahan Grendeng tentu saja mendukung adanya perpustakaan yang tidak berorientasi materi dan tidak hanya ditujukan kepada mahasiswa yang notabene berada di sekitar taman bacaan kami ini. Ruang Baca Jojoba Kelana justru ditujukan kepada masyarakat luas alias publik dari mulai usia pra-sekolah sampai dengan orang tua.
Yang mengherankan adalah ungkapan dari aparat desa yang menilai bahwa selama ini hampir tidak ada kegiatan mahasiswa yang melibatkan masyarakat setempat, yaitu masyarakat Grendeng. Kenihilan itu dimulai dari kegiatan yang bersifat intelektual atau mendidik sampai dengan kegiatan yang menunjukkan kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan atau bidang fisik.
Sedari awal berdirinya Universitas Jenderal Soedirman di Kelurahan Grendeng, dari sekian ribu mahasiswanya, ternyata kepedulian itu tidak pernah terasa atau setidak-tidaknya tidak membekas dalam ingatan para pegawai di kelurahan, yang secara tidak langsung mewakili masyarakat Grendeng. Mereka mengatakan nafas kegiatan mahasiswa selalu sama yaitu “Dari Mahasiswa, Oleh Mahasiswa, dan Untuk Mahasiswa”, jadi kapan mereka akan peduli dengan lingkungan sekitarnya?

Tidak ada komentar: