Rabu, 23 April 2008

Bukti Lain Utang Kita

Belanda Tinggalkan Utang Rp 44 Triliun

Ini fakta menarik tentang warisan kolonial Belanda yang diterima Indonesia. Setelah merdeka, ternyata Indonesia mewarisi utang pemerintahan Hindia Belanda USD 4,8 miliar. Utang sekitar Rp 44 triliun itu baru lunas dicicil pada 2003 lalu.

Hal itu diungkapkan Ketua Pusat Studi Kebijakan Ekonomi UGM Revrisond Baswir. Utang Hindia Belanda tersebut diwariskan berdasar Konferensi Meja Bundar di Den Haag. Dalam konferensi itu, Indonesia memang memperoleh kedaulatan.

"Seluruh utang Hindia Belanda USD 4,8 miliar diwariskan pada pemerintah Indonesia. Jadi, Indonesia memang berutang sejak dalam kandungan," ujar Soni, panggilan akrab Revrisond.

Berdasarkan risalah Konferensi Meja Bundar: utang itu harus dibayar kepada Nederland Bank dan Javanese Bank senilai 44,6 juta gulden, kepada Nederland Exim Bank sebesar USD 15 juta. Selain itu kreditor lain, yakni pemerintahan Amerika Serikat, Australia dan Kanada.

Soni mengaku mendapat transkrip dan mendengar rekaman persidangan di Konferensi Meja Bundar tersebut. Hal lain yang terungkap dari persidangan itu, delegasi Indonesia juga sepakat mematuhi aturan Organisasi Moneter Internasional (IMF) meski Indonesia ketika itu belum menjadi anggota PBB.

Menurut dosen senior UGM itu, pada 1973 utang warisan kolonial itu direstrukturisasi 35 tahun dan baru lunas pada 2003. "Jadi, sebenarnya kita baru merdeka dari kolonialisme Belanda pada 2003," katanya. Ternyata, Belanda tak hanya mengisap kekayaan bangsa Indonesia, tapi juga meninggalkan beban utang yang sangat besar. (noe/tof)


sumber JAWA POS Minggu, 24 Feb 2008,

Bangsa Yang Melupakan Sejarah.

Istana Gebang Ditawarkan pada Investor

Blitar--Rumah tempat Proklamator RI Soekarno menghabiskan masa kecilnya di Blitar, Jatim, yang dikenal dengan "Istana Gebang", dilaporkan Antara ditawarkan kepada investor karena ahli waris merasa kesulitan biaya untuk perawatan gedung bersejarah tersebut.

"Kalau ada yang menawar dengan harga cocok, rumah ini siap kami lepas," kata Aryo Subaskoro, salah satu cucu Sukarmini Wardoyo (Bu Wardoyo), kakak kandung Bung Karno, kepada wartawan di Blitar, Ahad.

Ia mengaku, pihak ahli waris tidak sanggup lagi menanggung biaya perawatan gedung tua yang berdiri di atas lahan seluas satu hektare itu.

"Selama ini kami tidak pernah minta bantuan kepada pemerintah untuk biaya perawatan rumah ini, termasuk ketika Bu Mega (Megawati Sukarnoputri) menjadi Presiden," katanya.

Ia mengungkapkan, rencana menjual aset berharga milik keluarga Presiden I RI itu sudah dibicarakan dengan beberapa cucu Bu Wardoyo lainnya.

Aryo yang sehari-hari bertanggung jawab atas Istana Gebang sendiri merupakan putra dari pasangan suami-istri, Sukoyono dan Kadariyah. Sedang Sukoyono adalah salah satu putra Bu Wardoyo.

Setiap kali putra-putri Bung Karno berziarah ke makam ayahnya, selalu menyempatkan diri berkunjung ke Istana Gebang yang selama ini terbuka untuk umum itu.

Hampir semua pejabat di negeri ini pernah mengunjungi bangunan tua yang di dalamnya tersimpan benda-benda bersejarah dan buku-buku mengenai Bung Karno. Terakhir, Ketua DPR Agung Laksono juga menyempatkan diri mengunjungi Istana Gebang setelah berziarah ke Makam Bung Karno, Sabtu (19/4) lalu.

Bahkan Agung Laksono menyatakan kesiapannya membantu pemerintah untuk mengambil alih aset bersejarah itu agar tidak mudah dialihfungsikan.

Sementara itu Walikota Blitar, Djarot Saiful Hidayat mengaku, pernah mendapatkan surat dari dua cucu Bu Wardoyo yang berisi pemberitahuan rencana penjualan Istana Gebang itu.

"Saat itu kami mengirimkan surat balasan, namun tidak ada jawaban mengenai penjelasan rencana tersebut dari pihak ahli waris Bu Wardoyo," katanya.

Namun dia akan berusaha agar rumah tersebut bisa diambil alih oleh pemerintah pusat dan provinsi, karena tidak ada jaminan atas kelestarian rumah itu jika nanti diambil alih oleh pihak swasta.

"Bangunan itu memiliki nilai sejarah dan menjadi sarana pembelajaran sejarah perjuangan bangsa bagi generasi muda saat ini," kata Djarot.

Hingga kini Istana Gebang yang berjarak sekitar tiga kilometer dari Makam Bung Karno itu masih sering dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun manca negara. pur

Kamis, 17 April 2008

Fobia Homo Academicus...????

pagi yang cerah untuk beraktifitas hari ini, kamis 16 april 2006..
di saat sedang disibukan dengan perencanaan kegiatan jojoba event untuk bulan mei nanti, eh nemu koran di meja...maklum, dah setengah bulan lebih ga baca koran, dulu sih ada yang namanya KOMPAS mahasiswa dengan harga serebu, tapi...tinggal kenangan sekarang...di stop kebijakannya sama si empunya koran..gimana mahasiswa mo rajin baca, klo harga koran tetep mahal...iya pa ora prend??
bolak-balik halaman, eh nemu tulisan yang menarik...
ditulisan itu dibahas mengenai homo academicus, tau ga? menurut penjelasan yang saya dapat
:

...sebagaimana dikatakan Pierre Bordieu dalam Homo Academicus (1988), homo academicus mempunyai semacam habitus sendiri, yang membedakannya dengan dunia lain, seperti dunia ekonomi, sosial, dan politik. Adalah habitus itu yang membuat setiap akademikus cenderung memilih, menyukai, dan melakukan tindakan tertentu yang mendukung identitas dunia akademis itu sendiri (yaitu tindakan akademis dan intelek), bukan tindakan lain yang justru meniadakannya.

nah yang jadi masalah disini adalah kenapa mahasiswa tu banyak yang bener-bener jadi homo academicus sejati, padahal kan mahasiswa tu harus melihat lingkungan sekitar, masyarakat sekitar, dan apapun disekitarnya agar bisa berkontribusi secara nyata dalam masyarakat jangan hanya bertindak akademis dan intelek saja, karena percuma semuanya kalau tidak bisa memberi kontribusi yang nyata pada rakyat. Salah satu teman saya yang juga personel jojobakelana (sdr. ipul) pernah menulis kritikannya terhadap peran mahasiswa terhadap masyarakat, dimana disebutkan amat jarang peran mahasiswa untuk kemajuan masyarakat..karena slogan mereka tetap sama..dari mahasiswa, oleh mahasiswa, untuk mahasiswa..dimana ruang untuk masyarakat?? apakah mereka hanya hidup dalam lingkungan mahasiswa?lingkungan kampus?..walaupun memang mahasiswa berperan sebagai agent of change sebagaimana diketahui oleh semuanya, apakah agent of change itu berlaku hanya untuk perubahan mahasiswa sendiri?sistem pemerintah?atau agent of change untuk kehidupan masyarakat?
Saat ini rakyat sangat membutuhkan keberpihakan kaum mahasiswa, mereka merasa hanya mahasiswa yang mampu mengakhiri penderitaan selama ini dengan harga-harga yang melambung, pekerjaan yang susah dicari, dan bingungny masyarakat akan kebijakan dan tingkah polah pemerintah.
Patut kita renungkan, apa yang telah kita berikan pada masyarakat dan lingkungan sekitar...jangan hanya apa yang telah kita berikan pada bangsa dan negara ataupun komunitas tertentu...
stuju gak kalo bikin slogan baru...
dari mahasiswa, oleh mahasiswa, untuk rakyat. ....kepriwe???

Selasa, 15 April 2008

10 Cara Mempertajam Memori

Siapa bilang penyakit lupa alias tidak ingat itu cuma konsumsi para lansia. Karena mereka yang masih muda-muda pun bisa saja mengidap penyakit tulalit alias pelupa layaknya yang tua-tua. Malu kan dibilang tulalit sama pacar?


Banyak faktor yang menjadi biang keladi munculnya gangguan kelupaan tersebut, mulai dari makanan yang dikonsumsi, pekerjaan yang menumpuk serta kesibukan-kesibukan lainnya.

Belum lagi dengan keakraban orang muda dengan berbagai perangkat teknologi moderen. Telepon selular, komputer, e-mail, hingga internet, disebut-sebut sebagai piranti teknologi yang bisa memaksa tubuh dan otak terus bekerja selama 24 jam.

Nah, hiruk-pikuknya aktivitas tersebutlah yang konon bisa memicu hilangnya kemampuan otak untuk mengingat-ingat. Namun begitu, gangguan kelupaan tersebut tetap bisa diatasi, kok. Dengan mengikuti beberapa tip sederhana ini, mudah-mudahan penyakit lupa tersebut bisa dihindari:

1. Fokuskan diri untuk mendengar dan kurangi berbicara. Pasalnya, dengan mendengar akan mendorong kita untuk lebih berkonsentrasi.

2. Disiplin berdiet. Melakukan diet sehat dengan mengkonsumsi makanan yang kaya protein, di samping juga buah dan sayuran, akan memberikan suntikan 'tenaga' bagi otak.

3. Usahakan untuk mengurangi bahkan mungkin menghindari pergaulan dengan mereka yang selalu berpikiran negatif. Sebaliknya kembangkan selalu pemikiran positif. Karena berpikir positif itu bisa menstimulir proses kerja otak.

4. Hindari mengkonsumsi makanan berlemak tinggi. Pasalnya lemak-lemak tersebut bisa menyumbat saluran arteri yang tengah menyuplai darah ke otak.

5. Baca, baca, dan baca. Banyak membaca dengan diselingi bermain puzzle merupakan latihan yang sangat baik bagi otak. Karenanya, isilah waktu senggang Anda dengan berbagai jenis bacaan, dari yang fiksi hingga yang berat sekalipun nggak apa-apa kok.

6. Minumlah vitamin, khususnya vitamin E dan suplemen yang mengandung unsur seng. Berbagai penelitian menunjukkan kalau kedua unsur tersebut bisa membantu memperlambat proses penuaan dini serta meningkatkan kemampuan ingatan.

7. Jangan mengkonsumsi alkohol secara berlebihan. Terlalu banyak alkohol konon akan membunuh sel-sel otak secara perlahan-lahan, lho.

8. Rencanakan selalu aktivitas berinteraksi dengan orang lain. Karena yang namanya bersosialisasi itu konon bisa mengusir rasa malas pada otak.

9. Hindari mengkonsumsi obat-obatan yang tidak perlu. Menurunkan berat badan, tekanan darah, serta kadar kolesterol dalam tubuh terkadang lebih ampuh dengan diet dan olahraga ketimbang obat-obatan. Selain itu usahakan untuk mempelajari dan mengetahui efek samping dari obat-obatan yang Anda minum. Obat tidur misalnya, konon bisa mengakibatkan hilangnya memori.

10. Cobalah untuk menjadwalkan olahraga secara rutin dalam agenda Anda. Pasalnya, aktivitas tersebut bisa melancarkan sirkulasi darah ke otak.

Tambah Kie Utange....

JAKARTA,SELASA - Selama tahun 2007 utang pemerintah bertambah Rp 97,74 triliun. Hal itu disebabkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing sehingga beban pembayaran utang luar negeri membengkak. Beban utang yang ditanggung jauh lebih besar dari aset yang diterima dari hasil utang itu. Hal itu terungkap dalam neraca Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) 2007, yang belum diaudit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang diterima Kompas di Jakarta, Senin (14/4).

Dalam neraca LKPP disebutkan kewajiban pemerintah per 31 Desember 2007 mencapai Rp 1.427,8 triliun. Jumlah itu lebih besar Rp 97,7 triliun dibandingkan dengan kewajiban pemerintah per 31 Desember 2006 yang hanya Rp 1.330,1 triliun. Pengamat utang dari Koalisi Anti Utang (KAU), Kusfiardi, menyatakan, beban utang luar negeri itu bukti bahwa beban utang yang ditanggung selama ini jauh lebih besar dari aset yang diterima, dari hasil utang tersebut. Bahkan, sebagian proyek yang didanai oleh utang tidak dapat dimanfaatkan karena terkena bencana alam. ”Beban itu tidak seharusnya ditanggung APBN. Dengan kondisi ini, pemerintah berhak minta pengurangan utang,” ujarnya.

Utang yang lebih besar daripada aset terlihat dalam neraca LKPP 2007. Nilai kewajiban pemerintah per 31 Desember 2007 mencapai Rp 1.427,8 triliun, sedangkan nilai asetnya Rp 1.366,47 triliun. Artinya, neraca pemerintah negatif Rp 61,3 triliun.

Menurut Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Departemen Keuangan (Depkeu) Hekinus Manao, selisih negatif neraca pemerintah semakin turun. ”Tahun 2004, saat pemerintah menyusun LKPP pertama kali, selisih negatif antara aset dan kewajiban pemerintah Rp 500 triliun. Tahun 2005 menjadi Rp 200 triliun lebih, 2006 menjadi Rp 110,3 triliun, dan 2007 menjadi Rp 61,3 triliun,” ujarnya.

Menurut Hekinus, neraca keuangan yang negatif tidak perlu dikhawatirkan karena setiap pinjaman yang diambil dijamin oleh kemampuan pemerintah dalam menambah penerimaan. Ini berbeda dengan yang dilakukan perusahaan, yaitu menjaminkan asetnya untuk berutang. ”Akuntansi pemerintah dan perusahaan berbeda. Pemerintah tidak mengagunkan aset negara untuk pinjam uang,” katanya.

Hekinus menyebutkan, membengkaknya nilai utang pemerintah pada 2007 karena melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang, yang menjadi basis pinjaman, terutama dollar AS. Perlemahan nilai tukar rupiah menyebabkan beban pembayaran surat utang negara berdenominasi mata uang asing dan pinjaman luar negeri makin tinggi.

Pengamanan aset

Pengamat ekonomi Iman Sugema mengatakan, masalah yang dihadapi pemerintah adalah kemampuan mengidentifikasi dan menilai ulang aset rendah dan lambat. Ini menyebabkan sebagian aset pemerintah di bawah nilai sewajarnya. ”Akibatnya akan selalu ada selisih negatif antara aset dan kewajiban pemerintah. Jika penilaian ulang aset bisa dilakukan, mungkin nilai aset pemerintah yang dicantumkan di neraca lebih besar dua kali lipat,” katanya.

Pemerintah juga menghadapi masalah pengamanan asetnya karena banyak yang belum bersertifikat. Oleh karena itu, Presiden sebaiknya membentuk unit khusus di lingkungan sekretariat negara yang bertugas mengamankan aset negara tersebut. ”Saat ini sudah ada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara di Depkeu. Namun jika ingin lebih kuat kewenangannya, sebaiknya dibentuk langsung di bawah kontrol presiden,” ujar Iman.