Rabu, 31 Oktober 2007

Arda Nariswari

betapa indahnya dunia ini
bentuk, warna, rasa, tekstur
dan suara gesek bambu di desau angin
kicau burung mendendang merdu
semesta cerah
makhluk sumringah
fajah merah
senja merah
semerbak harum bunga mencipta suasana

semua kesempurnaan dunia
tertumpah pada makhluk yang paling mulia
ia cinta pada Tuhan-Nya
ia cinta pada Nabi-Nya
ia mengasah jiwanya seindah mutiara

tak sanggup ia berbantah dengan orang tua
selalu berbakti kepadanya
menjaga benar keindahan dan kehormatannya

baginya belajar adalah dunianya
santun dan penyayang kepada setiap makhluk-Nya
gembira ia melantunkan ayat-ayat-Nya
dan senantiasa senang mempelajarinya

ia tahu cara bersahabat dan penuh pengertian
ia selalu tampil gilang-gemilang
bak matahari bersinaran
menjadi lebih baik pada setiap langkahnya
menjadi lebih cantik dalam hatinya

ia bagaikan surga
ia adalah wanita utama
ia teladan bagi siapa saja

sanggupkah engkau meninggalkan semua
kenikmatan lain yang merusakkan
andaikan ia ada di pelukan?

Jumat, 26 Oktober 2007

PERTEMUAN

Hari –hari senduku

Minggu – minggu hampaku

Bulan – bulan senyapku

Tahun – tahun hambarku

Windu – windu sendiriku

Terasa semakin menjauh

Menjadikanku tersenyum

Dalam tiap kelanaku

Ketika malam itu

Ku temukan dirimu,

Ku temukan dirimu!

8 Oktober 2007

Rabu, 17 Oktober 2007

Menulis Artikel di Koran

Menulis Artikel di Koran
oleh
Yon’s Revolta


Orang boleh pandai setinggi langit, tapi
Selama tidak menulis, ia akan hilang dari sejarah.
Menulis adalah bekerja untuk keabadian

(Pramudya Ananta Toer, Novelis)

Menulis artikel di koran itu gampang-gampang sulit. Seseorang yang mempunyai keinginan kuat untuk mempublikasikan tulisannya di koran biasanya melalui proses yang tidak pendek. Berbagai proses dilalui untuk kemudian berhasil menembus media tertentu. Jadilah ia seorang penulis lepas. Seorang penulis lepas, ketika menulis sebuah artikel di koran, ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh;

  1. Publisitas : Anda akan bisa mempublikasikan tulisan kepada publik, artinya karya ini menjadi sebuah kontribusi berharga dalam sepanjang sejarah bagi kehidupan penulis.
  2. Kredibilitas : Anda akan memperoleh kepercayaan (kredibilitas) dari segi otoritas pengetahuan, akan mendapatkan predikat sebagai seorang intelektual atau pakar. Lebih-lebih jika fokus untuk menulis bidang tertentu
  3. Penghasilan : Anda akan mendapatkan pendapatan finansial (honor) dari artikel yang dimuat pada sebuah koran tertentu.

Nah, untuk bisa menulis artikel di koran, ada beberapa pengetahuan dasar yang perlu diperhatikan;

  1. Aktualitas : Artikel di koran biasanya memuat tulisan-tulisan yang membahas fenomena yang sedang hangat dibicarakan publik (aktual).
  2. Tema : Sebaiknya sesuai dengan latar belakang pendidikan. Ini akan memperoleh otoritas keilmiahan tertentu. Seorang sarjana kesehatan masyarakar, tentu punya otoritas yang lebih untuk menulis soal kesehatan daripada sarjana politik.
  3. Minat : Jika anda tidak suka menulis sesuai latarbelakang pendidikan, menulis saja hal-hal yang menjadi fokus perhatian dan konsistenlah dengan minat yang menjadi perhatian tersebut.
  4. Kliping : Ini penting sebagai sarana pendukung aktualitas, semisal hasil survei, data hasil penelitian dll. Jika teks book memiliki keunggulan sebagai basis teori dan pemikiran tokoh, maka kliping sebagai data pendukung aktualitas.
  5. Strategi : Artikel ditulis mengikuti perkembangan wacana yang ada. Jika momentum hari ibu, tepat kiranya ketika menulis soal perempuan. Atau mulailah dari media kecil ke media besar dst.

Teknik Penulisan

1. Tentukan gagasan pokok : Terkait dengan gagasan dasar dan sikap politik terhadap sebuah masalah

2. Membuat Sub judul : Untuk memudahkan pembaca memahami tulisan anda.

3. Merumuskan model tulisan : Misalnya P-D-K (Pendapat-Dukungan-Kesimpulan) atau model P-S-P (Pendapat-Sanggahan-Pendirian).

4. Mulai menuliskan dengan freewriting, menulislah jangan pernah berhenti.

5. Editing : Memperbaiki tatabahasa, pemilihan kata, kesesuaian kaitan antar kalimat dsb.

Teknik Pengiriman

1. Dikirim melalui email lebih baik (murah, cepat).

2. Dibagian awal dibuat pengantar tulisan kepada redaktur.

3. Menyertakan nama terang, alamat jelas, telepon yang bisa dihubungi dan tak lupa nomor rekening.

4. Tunggu sampai dua minggu.

5. Jika belum juga dimuat, silakan kirim ke media lain.

Demikian, semoga bermanfaat.

‘’

“Kekuatan Ilmu Terletak pada Bagaimana kita berbagi”

Jumat, 12 Oktober 2007

KONTROVERSI LAGU INDONESIA RAYA

Pasar Loak Surabaya v Web Server Leiden

Kontroversi lagu kebangsaan Indonesia Raya antara 1 stanza dan 3 stanza terus menggelinding. Setidaknya, hal itu mencuat setelah pakar telematika Roy Suryo mengklaim bahwa dirinya telah menemukan teks lagu Indonesia Raya dalam 3 stanza atau kouplet dari sebuah "server di Leiden". Berbagai pihak lantas mengomentarinya, apakah tetap menggunakan 1 stanza atau 3 stanza, mengapa selama ini kita hanya menyanyikan 1 stanza saja, hingga adanya rencana menghadap presiden mengenai keberadaan 3 stanza itu.

Meski sudah ada pihak-pihak yang berkomentar, hingga kemarin (6 Agustus 2007) belum ada pihak yang bisa memberikan jawaban dengan pas, tepat, dan benar berdasar data-data sejarah otentik.

Kekurangpuasan terhadap komentar dan tanggapan itu terjadi ketika saya membandingkan dengan data yang saya temukan pada buku sejarah lagu kebangsaan Indonesia Raya terbitan P.D. Percetakan Grafika Karya, Surabaya, 1967.

Buku sejarah itu berjudul Sedjarah Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan W.R. Soepratman Pentjiptanja karya Oerip Kasansengari (almarhum), yang tidak lain adalah kakak ipar W.R. Soepratman, yang tinggal di Surabaya. Buku setebal 178 halaman itu masih menggunakan ejaan lama dan terdiri atas bab-bab penting. Yaitu, Lagu Indonesia Raja (bab II), Riwajat W.R. Soepratman (bab III), dan Karya-Karya W.R. Soepratman (bab IV).

Pada bab I, terdapat kata sambutan dari Gubernur Kepala Daerah Provinsi Djawa Timur Brigadir Djenderal TNI Mochamad Wijono; Panglima Daerah Militer VIII/Brawidjaja, Major Djenderal TNI Mochamad Jasin; Wali Kota Kepala Daerah Kotamadya Surabaja, Kolonel TNI, R. Soekotjo, dan kata pengantar Oerip Kasansengari selaku pengarang dan keluarga almarhum W.R. Soepratman.

Melihat pihak-pihak yang mendukung dalam penerbitan buku sejarah tersebut, tentu tidak diragukan lagi kebenaran yang termuat di dalamnya, termasuk teks lagu Indonesia Raja dalam 3 stanza atau kouplet.

"Leiden" v Gembong

Teks lagu Indonesia Raya temuan Roy melalui "server di Leiden" (2007) mirip dengan teks lagu Indonesia Raya yang terdapat pada buku sejarah temuan di pasar loak Gembong, Surabaya (2003). Kedua temuan itu sama-sama memiliki 3 stanza dengan ejaan lama yang belum disempurnakan. Namun, ada perbedaan fundamental pada refreinnya.

Jika refrein temuan Roy berbunyi "Indonesia Raya, Merdeka, Merdeka", refrein yang termuat pada buku loakan itu tertulis "Indoneis, Indoneis, Merdeka, Merdeka". Nah, tentu kita harus berhati hati dan tidak gegabah untuk mengatakan bahwa temuan itu adalah teks asli Indonesia Raya.

Jika kita teliti lebih cermat di mana teks itu berada, kita bisa menilai teks mana yang dianggap lebih otentik. Pada teks temuan Roy, yang merupakan superimpose klip lagu kebangsaan Indonesia Raya berdurasi 4 menit, diperkirakan dibuat pada masa pendudukan Jepang (1942-1945). Itu terlihat pada visualisasi klip video yang menampilkan serdadu Jepang sedang berbaris.

Menurut Oerip Kasangsengari dalam bukunya bahwa lagu Indonesia Raya untuk kali pertama dinyanyikan lagi dengan menggunakan refrein aslinya setelah 9 Maret 1942, ketika Jepang menaklukkan tentara Belanda. Refrein asli itu berbunyi "Indoneis, Indoneis, Merdeka, Merdeka".

Selama 14 tahun (setelah Kongres Pemuda II pada 1928 hingga jatuhnya Belanda di tangan Jepang pada 1942) rakyat Indonesia dilarang pemerintah Hindia Belanda menyanyikan refrein aslinya. W.R. Soepratman mengerti bahwa kata Merdeka, Merdeka itu seperti halilintar menyambar di telinga Belanda dan guntur yang terus mengiang-ngiang di selaput telinganya. Maka, Soepratman mengganti refrein itu menjadi "Indonesia Raya, Mulia, Mulia" agar semangat persatuan dan gelora perjuangan tidak berhenti.

Panitia Lagu Kebangsaan

Sejak Kongres Pemuda II (1928) hingga masa pendudukan Jepang (1944), lagu Indonesia Raya semakin populer di seluruh pelosok tanah air. Karena itu, pada 8 September 1944 dibentuklah Panitia Lagu Kebangsaan yang diketuai Bung Karno. Anggotanya adalah Ki Hadjar Dewantara, Achiar, Soedibyo, Darmawidjaja, Koesbini, KH M. Mansjur, Mr Mohamad Yamin, Mr Sastromoeljono, Sanoesi Pane, Simandjuntak, Mr Achmad Soebardjo, dan Mr Oetojo untuk mengatur tata cara menyanyikan lagu tersebut.

Panitia Lagu Kebangsaan itu menetapkan 4 putusan. Salah satu di antaranya berbunyi: Apabila lagu Kebangsaan Indonesia Raya dinjanjikan satu kouplet sadja, maka ulangannja dilagukan dua kali. Apabila dinjanjikan tiga kouplet, maka ulangannja dilagukan satu kali, tetapi pada kouplet jang ketiga ulangannja dilagukan dua kali.

Menurut saya, mungkin sejak itu para pendahulu kita lebih memilih menyanyikan satu stanza/kouplet saja yang tidak terlalu panjang. Akibatnya, stanza kedua dan ketiga terabaikan. Ketika akhir-akhir ini muncul kembali, kontroversi pun terjadi. Padahal, yang kita nyanyikan selama ini adalah lagu kebangsaan asli ciptaan W.R Soepratman. Kita juga menyanyikannya sesuai dengan putusan Panitia Lagu Kebangsaan (1944).

Selain itu, Panitia Lagu Kebangsaan mengubah lagu Indonesia Raya sehingga sejak 8 September 1944, lagu kebangsaan mempunyai teks baru. Refreinnya menjadi "Indonesia Raya, Merdeka, Merdeka." (1944). Tidak lagi "Indoneis, Indoneis, Merdeka, Merdeka" (1928) maupun "Indonesia Raya, Mulia, Mulia" (1928 - 1942).

Selain pada refrein, perubahan terdapat pada teks stanza I, bait I, baris 4. Jika versi 1928 berbunyi "Mendjaga pandu ibuku", versi 1944 berbunyi "Djadi pandu ibuku". Juga, pada bait II, baris 2: (1928) "Kebangsaan tanah airku", (1944) "Bangsa dan tanah airku". Pada bait III, baris 3: (1928)"Bangsaku, djiwaku semuanja", (1944) "Bangsaku rakjatku sem’wanja" dan bait IV, baris 1 & 2: (1928) "Bangunlah rakjatnja, bangunlah bangsanja" diubah menjadi "Bangunlah djiwanja, bangunlah badannja".

Perubahan juga terjadi pada stanza II, bait I, baris 3: "Disanalah aku hidup" yang diubah menjadi "Disanalah aku berada" dan bait II, baris 2 & 3: "Pusaka kita semuanja, Marilah kita berseru" yang diubah menjadi "Pusaka kita sem’wanja, marilah kita mendo’a". Perubahan terakhir pada stanza III, bait I, baris 3: "Mendjaga ibu sedjati" diubah menjadi "Njaga ibu sedjati".

Jika saya mengamati teks yang terdapat pada klip video temuan Roy Suryo, saya bisa menyimpulkan bahwa teks lagu Indonesia Raya temuan Roy di "server Leiden" itu adalah teks hasil perubahan 1944. Jadi, bukan teks asli seperti yang dinyanyikan pada Kongres Pemuda II pada 1928. Kini terserah mana yang dianggap asli, hasil perubahan (1944) atau yang dinyanyikan di Kongres Pemuda II (1928).

Miskin tapi Kaya

Lepas dari persoalan kontroversi, saya bangga dengan munculnya persoalan itu. Sebab, kita semua semakin mengerti isi lengkap dari lagu kebangsaan kita. Kita semakin mengenal bagaimana komponis kita yang hidupnya sangat sederhana dan bahkan miskin, tapi sangat kaya akan jiwa kebangsaan, semangat perjuangan untuk tidak mau dijajah bangsa mana pun. Itu terbukti dari makna setiap stanza yang ada.

Stanza I berisi rasa syukur yang ditujukan kepada tanah air, Nusantara, yaitu rangkaian kepulauan yang merupakan Persatuan Indonesia Raya. Stanza II berisi pemanjatan doa untuk tanah air supaya Indonesia bahagia. Stanza III berisi sumpah sakti dan kebulatan tekad untuk mencapai cita-cita Indonesia Merdeka.

Semoga kita semua bisa memetik kebesaran W.R. Soepratman lewat semua lirik lagunya di ketiga stanza tersebut agar lebih memaknai hari kemerdekaan yang diperingati setiap 17 Agustus itu.

Nanang Purwono, eksekutif produser JTV (E-mail: Nanang_jtv@tahoo.com)

SORYY, bkn artikel asli bikinanku..ni diambil dari web.

Kamis, 11 Oktober 2007

10 Cara Atasi Tumpukan Bacaan Yang Harus Dibaca

Apakah bahan bacaan Anda begitu banyak sehingga sudah menggunung? Jika begitu, sekarang waktunya untuk mengatasinya. Berikut ini adalah 10 cara untuk melakukannya.

1. Beri tanda highlighter; Jika membaca koran atau majalah, bacalah dengan memakai Highlighter. Bacalah dulu secara sepintas lalu seluruh halamannya dan tandai semua judul yang menarik perhatian Anda. Kemudian kembali dari awal dan baca hanya artikel yang Anda sudah beri tanda.
2. Sobeklah; Jika Anda tidak mempunyai waktu saat ini untuk membaca artikel yang sudah Anda beri tanda, sobeklah halamannya dan tentukan waktu untuk membacanya nanti. Dengan cara ini, Anda tidak perlu lagi mencarinya di seluruh koran atau majalah Anda. Lagipula Anda tidak perlu menyimpan koran atau majalah yang tidak diperlukan lagi.
3. Pakailah Kartu Indeks; Jika membaca buku, gunakan kartu indeks untuk mengingat bagian yang Anda anggap penting. Di dalam kartu itu dicantumkan nomor halaman, bagian di halaman itu (A = Atas, T = Tengah, B = Bawah) dan satu atau dua kata yang membantu Anda untuk mengingat hal yang menarik perhatian Anda. Dengan demikian Anda tidak perlu membuang waktu untuk mencarinya di seluruh bagian buku tersebut.
4. Membaca Cepat; Jika Anda mempunyai begitu banyak informasi yang harus Anda simpan, Anda mungkin harus mengambil kursus Membaca Cepat. Atau anda dapat mencari buku mengenai hal itu, dan melatihnya sendiri.
5. Tentukan Waktu Untuk Membaca; Tentukan tanggal dan waktu untuk membaca. Atau gunakan 15 menit setiap hari untuk membaca, dan catatlah waktu ini di kalender Anda. Ingatlah janji ini, seperti juga janji untuk mengerjakan hal lain. Dengan demikian, membaca akan menjadi bagian dari rutinitas Anda.
6. Hindari Kekacauan; Karena koran berisi kejadian terakhir, koran kemarin berisi berita yang sudah basi. Majalah hanya berlaku 1-2 bulan. Singkirkan koran dan majalah yang lama!
7. Buatlah File 'Untuk Dibaca'; Bualah map khusus atau kerjangjang dengan tanda 'UNTUK DIBACA' untuk menyimpan seluruh bachan bacaan Anda. Akan lebih mduah untuk melihat berapa banyak yang harus Anda baca jika semuanya disimpan di satu tempat, daripada tersebar di seluruh rumah atau kantor Anda.
8. Cobalah Realistis; Jika bahan bacaan Anda sudah terlihat menggunung, mungkin Anda mencoba untuk mengerjakan terlalu banyak. Banyak orang yang terlalu ambisius dalam menentukan berapa banyak waktu yang mereka dapat pakai untuk membaca. Jangan biarkan bahan bacaan Anda melebihi tempat penyimpanannya. Jika begitu, sudah waktunya untuk menyimgkirkan yang tak berguna.
9. Bawalah Bacaan Bersama Anda. Jika Anda merencanakan untuk pergi seharian, bawalah beberapa bahan bacaan Anda. Jadi, jika Anda mempunyai kesempatan, Anda bisa dengan mudah membacanya. Misalnya jika menunggu seseorang di kantor, sedang di kendaraan dalam perjalanan, atau sedang antri di kounter.
10. Sumbangkan; Apakah Anda mempunyai buku atau majalah yang sudah tidak terpakai lagi? Anda dapat menyumbangkannya ke perpustakaan atau menjual ke tokok buku bekas. Perpustakaan setempat juga akan senang mendapat sumbangan majalah bekas.

moga bermanfaat bagi temen-temen yang doyan baca..

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1428 H


Segenap pengelola Ruang Baca
Jojoba Kelana mengucapkan:
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1428 H
MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN
Mohon Maaf Lahir dan Batin

Catatan 7: Arungi Dunia!


Pernahkah kita bermimpi mengapung dengan nyaman di atas air hangat di Laut Mati. Merasakan sedotan pusaran air di atas kapal di Segitiga Bermuda. Digumuli dingin yang mesra di Puncak Himalaya. Mengelilingi daratan Rusia dengan kereta api lima jam sampai Tembok Cina. Berbungy jumping dari atas menara Eifel. Berjalan-jalan di padang rumput dengan kuda putih Persia, atau menyetir di belakang jok kulit Lamborghini yang halus dan mulus.
Ingin pula kita mencicipi empedu kura-kura raksasa dari kepulauan Galapagos yang berkhasiat. Menyeruput ginseng panas Kaisar Chin yang memanjangkan usia. Menikmati gurihnya bebek Peking pada perayaan Cap Go Meh. Mendengarkan lantunan penyanyi opera langsung di Italia, dialuni simfoni Bethoven dan Vivaldi yang meninabobokan. Lalu kita tertidur di kasur empuk di Ritz yang pernah dipakai Catherine Zetajones atau Bill Gates. Kemudian dipijat refleksi oleh para jagoan Charlie’s Angels. Dan mungkin kita akan berkhayal mendapat warisan berlimpah laiknya Pangeran Charles atau Paris Hilton.
Ah, itu memang sekedar khayalan. Impian yang konyol, namun mengapa kita tidak berusaha mewujudkannya. Membawa khayalan menjadi sebuah kenyataan.
Yang paling jelas yang kita ketahui, bahwa dunia ini tidak selebar daun kelor. Dunia menyimpan segala kemampuan dan kemungkinannya. Begitu pula manusia. Jangan pernah meremehkan satu orang, apalagi dua! Begitu jerit Pram.
Tuhan memerintahkan kita untuk mencari kebahagiaan, di dunia dan di akhirat. Dengarlah, dunia ini merengek kepada kita, untuk kita sambangi dan arungi setiap jengkal tanahnya, setiap inci lautannya. Sehingga akan pahamlah kita pada hakikat kebahagiaan, kemanusiaan, dan kehidupan ini. Dan ingatlah bahwa dunia ini berbatas dan bukan hanya milik generasi sekarang, tetapi milik generasi-generasi sesudahnya, anak cucu kita!

Catatan 6: Esensi


Manusia hidup untuk membuat kotak dan peti, itu kata Taufik Ismail. Manusia bisanya hanya membuat kurungan saja. Itu kata Mohamad Sobary. Tapi menurutku, begitulah esensi manusia.
Untuk menemukan kotaknya (warna dan kompetensinya), untuk membuat kotaknya, untuk menguasai lebih baik kotaknya. Manusia belajar dan belajar. Baik lewat sekolah maupun lewat pengalamannya yang pada akhirnya mengarahkan kepada perasaan suka atau cinta pada satu hal saja, satu segi dalam hidup ini.
Kotaknya itu adalah hal yang paling diseriusi dan kemudian akan menjadi jati dirinya. Akan tetapi, yang jelas kotak tersebut, yang dibuatnya, tidak kemudian mengabaikan kotak-kotak yang lain. Kotak di mana manusia yang lain ada dimencurahkan hidupnya di dalamnya.
Dengan memiliki dan membuat kotaknya sendiri, manusia dapat bermanfaat dalam bidang tertentu untuk kemudian (sebaiknya) membawa berkah bagi kebahagiaan umat manusia.
Dengan memilih satu hal, karena memang hidup ini penuh dengan pilihan-pilihan, memutuskan untuk memilih yang baik atau yang buruk, demikian Erich Fromm, tidak boleh menyeret manusia menjadi makhluk soliter. Karena makhluk paling soliter sekalipun, seperti para penulis, masih dapat menyibukkan diri pada kerja-kerja sosial demi menghilangkan keterasingannya, begitu kata Pram. Kita jangan sampai melewatkan hak untuk menikmati dunia ini, karena itulah yang memanusiawikan manusia.
Nikmatilah musik, karena bagi Nietzsche sekali pun dunia ini akan hampa tanpa musik. Nikmatilah kesegaran ketika berolahraga, luangkanlah waktu untuk melancong ke berbagai tempat, berbagilah bersama teman dan sahabat, atau bahkan dengan orang lain. Seperti yang dilakukan juga oleh Schwinger atau Einstein, berhasil dalam fisika tanpa mengesampingkan aspek lain dalam kehidupan. Mereka berkeluarga, menikmati hidup, musik, bersepeda, menolong sesama, dan berguna bagi banyak orang.
Begitu banyak orang yang tenggelam di dalam dunia kecilnya, di dalam kotaknya. Terasing dan sendiri. Menyangkal kebutuhannnya akan kehadiran orang lain. Karena tidak akan ada kebahagiaan dan perayaan tanpa ada satu orang pun di sisi kita, kita tidak ingin sendirian ketika meniup lilin ulang tahun kita!

Catatan 5: Science


Apa yang kita ketahui tentang ilmu pengetahuan? Jika kita tanyakan hal ini kepada diri kita, adakah jawaban yang lebih memuaskan daripada nol, nihil belaka? Sejujurnya kita jarang sekali bersinggungan dengan ilmu pengetahuan dalam arti mempelajarinya, mendalaminya, dan memahaminya. Kita semata-mata hanya pengguna dari mekanika ilmu pengetahuan yang telah dibangun orang selama jutaan tahun. Generasi sekarang hanya pengikut dan penerus. Adakah yang masih bisa kita lakukan?
Sebenarnya terlalu banyak informasi dan segala sesuatu yang jatuh ke atas kepala kita, sehingga kita tidak memiliki banyak waktu untuk mengendapkan, meresapi, dan menerapkannya. Terlalu banyak yang harus dilakukan, terlalu beragam persoalan yang dihadapi oleh orang di zaman sekarang. Sehingga masing-masing orang sulit fokus, tidak memiliki ciri khas, dan tidak berpribadi.
Sistem pendidikan Indonesia sampai saat ini belum secara optimal menunjukkan minat dan bakat para pelajarnya sedini mungkin. Akibatnya status mahasiswa yang seharusnya benar-benar saat untuk berjibaku dengan ilmu, buku, guru, dan praktik-praktik, malah pada banyak orang masih merupakan saat untuk mencari-cari bentuk, pedalaman diri. Masih berputar-putar pada identitas, alih-alih berusaha mengukuhkan eksistensi dirinya melalui ilmu pengetahuan, tak ubahnya seperti remaja dan kanak.
Dan ternyata apa gunanya ilmu-ilmu itu sendiri bagi masyarakat Indonesia saat ini? Hanya secarik kertas guna mendapatkan kerja, demi menggelembungkan pemilik modal, pemilik kuasa, melalui imperium bisnis dan kerajaan kecil mereka.
Tak ada kata terlambat dalam belajar. Tiada guna mengharap pemerintah yang lemah dan korup. Proses belajar itu sendiri adalah melupakan pembelajaran dan memulai kembali belajar.

Catatan 4: Hidup


Tuhan menyediakan banyak kemungkinan nasib kepada kita, yang sejatinya akan kita temui salah satunya dengan segala jerih payah dan usaha tak kenal lelah. “Urip iki ora mung saderma ngalakoni,” yang merupakan kebalikan dari pepatah Jawa lain, “urip iki mung saderma ngalakoni” atau “urip iki mung mampir ngombe.”
Jika kita berpijak pada firman Tuhan, bahwasannya jika suatu kaum atau seseorang ingin berubah, maka yang harus merubah adalah dirinya sendiri. “Tuhan tidak berpihak pada yang kalah, tapi pada yang menang,” demikian kata Pram. Pandangan dan upayanya harus begitu keras sehingga hancurlah segala penghalang. Kemudian yang harus dikedepankan adalah inisiatif, rasio, sikap teguh dalam pendirian, dan selalu berpikiran kritis.
Jadi dalam menjalani hidup ini, kita tidak boleh hanya “nrimo” atas apa yang telah dan akan terjadi pada diri kita, tetapi kita harus berbuat sesuatu. Tuhan membantu orang yang membantu dirinya sendiri. Segala perbuatan baik harus ditujukan pada kebaikan diri kita sendiri, kemudian bagi bangsa, dunia, dan bagi tata-susunan kehidupan yang lebih baik, lebih ramah, sehingga kelangsungan umur bumi pun tetap terjaga sepanjang yang ditakdirkan Tuhan.
Inti hidup ini ada pada hidup itu sendiri. Bagaimana manusia menjalani hidup dalam kesehariannya, menjalani keteraturan, menyesuaikan dengan gerak alam semesta, sifat manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Melalui laju ilmu pengetahuan dan informasi yang seperti sekarang, hampir tidak ada lagi segi kehidupan yang dirasa mustahil seperti yang pernah dibayangkan oleh rasio manusia.
Peran pandangan agama dan magi adalah rambu supaya kecepatan kemajuan manusia tidak merupakan kecepatan terhadap kehancuran hidup dan moral manusia, seperti terhadap kemajuan gen-teknik.

Catatan 3: Adil


Aku tak pernah meragukan keadilan Tuhan. Sebagai seorang beragama, yang meskipun tidak begitu saleh, aku meyakini keadilan Tuhan diperuntukkan bagi setiap makhluknya. Manusia, hewan, tumbuhan, sungai, gunung, batu, setan, malaikat, semuanya. Namun, kadang-kadang kita seolah melihat ketidakadilan Tuhan.
Tuhan memang seolah tidak adil, agar kita berpikir. Terkadang kita iba kepada bayi yang baru saja lahir kemudian langsung mati. Iba terhadap seorang gadis yang cantik kemudian besoknya tiba-tiba menjadi gila. Banyak pengemis yang seumur-umur terus mengemis, banyak pejabat yang korup dan terus berfoya-foya sementara para petani menangis dan meratap. Terlalu banyak ketidakadilan menurut persepsi kita.
Tetapi, sementara kita merengek-rengek tentang keadilan Tuhan, tanpa sadar kita sendiri pun banyak melakukan ketidakadilan. Tanpa sengaja kita mengabaikan orang lain dan menyakiti hatinya dengan ucapan kita, lalai atas tugas dan kewajiban kita, bahkan dengan geram membunuh seekor semut yang nangkring di piring kue kita. Kita terkadang begitu munafik dan kebanyakan meminta. Kalau kita ingat cerita tentang salah satu wali Allah yang menangis tersedu-sedu hanya karena mencabut rumput teki gara-gara ketidaksengajaannya, maka alangkah jauhnya dengan sikap kita.
Manusia sudah semestinya penuh dengan kasih, saling menyayangi antar sesama, memiliki keimanan sosial, berbagi dengan siapa saja, dan melakukan hal baik lainnya. Dan bagi mereka yang merasa mendapat ketidakadilan Tuhan, maka anggaplah itu sebagai cobaan sehingga keadilan lain akan datang dalam bentuk yang tidak terduga!

Catatan 2: Hal Tertinggi


Bagaimana kita akan memecahkan masalah-masalah besar, jikalau kita tidak bisa memecahkan masalah-masalah kecil. Seperti kata Kahlil Gibran, “kita masih berhutang bagi manusia dan masa depan!” Titik awal sebagai permulaan menapaki jalan yang besar dan luas adalah bagaimana cara kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hal ini pernah diungkapkan oleh Aage Marcus, bahwa “hal tertinggi adalah gagasan-gagasanmu sehari-hari, yang diejawantahkan dalam praktek hidupmu sehari-hari.”
Jerat terbesar dalam hidup manusia adalah nafsu dan waktu. “Demi masa. Manusia selalu dalam kerugian,” manusia selalu kalah dan hidup hanya menunda kekalahan, atau hidup sendiri adalah kekalahan?
Hal yang segera dan harus kita lakukan adalah mengekang hawa nafsu dan mengalahkan lingkaran waktu yang statis. Ya, waktu memang sangat statis, satu hari adalah dua puluh empat jam, tak pernah lebih!
Nafsu sendiri dapat dikekang bila kita memahami dengan benar akan tubuh kita sendiri. Lihat saja! Rasakan! Berapa umur kita? Seberapa banyak organ-organ tubuh kita telah bekerja tanpa henti, terus-menerus, sepanjang hayat kita. “Jer basuki mawa beya,” begitu kata pepatah Jawa. “Tidak ada makan siang gratis!” Segala sesuatu harus ada pengorbanannya, kebahagiaan harus diperjuangkan, atau bisa dikatakan “ngelmu lewat laku.”
Itulah yang benar-benar harus diresapi maknanya dan diimplementasikan dalam memulai dan menutup hari-hari kita. Salah satu langkah kongkrit yang dapat dilakukan untuk mengekang hawa nafsu ini adalah dengan menjaga kesadaran kita dan dengan berpuasa.

Catatan 1: Cogito ergo Sum!


Saya berpikir maka saya ada! Begitu teriak filsuf kita, Rene Descartes. Memang, segala sesuatu paradigma dan perasaan tentang sesuatu hal adalah sangat dipengaruhi oleh pikiran kita sendiri. Salah satu teman pernah bercerita tentang nasibnya, atau lebih tepat tentang kisah cintanya. Ia hampir tidak pernah membangun kisah cintanya dengan cowok idamannya. Ia selalu gagal dan kemudian mengklaim bahwa cobaan ini adalah karma untuk dia. Karma yang konon diwarisi dari ayahnya yang sering menampik banyak wanita.
Aku bilang itu hanya pikirannya saja, perasaannya saja yang berhasil menghubung-hubungkan segala sesuatu yang sesungguhnya tidak ada hubungannya. “Jika kamu berpikir demikian, maka jadilah itu.” Pikiran tak ubahnya onak duri yang menghalangi langkah sejatimu. Jadi kesialan itu berasal dari pesepsi-persepsinya, bukan dari karma yang dibuat ayahnya. “Coba kalau kamu tidak pernah tahu akan kelakuan ayahmu yang dulu, tentu kamu tidak akan berpikir demikian.”
Setiap pemikiran dan isi kepala orang memang dipengaruhi oleh masa lalu, transferensi, memoar orang, dan apa pun yang kita ketahui di masa lampau. Aku kemudian menyarankan padanya, untuk lebih berpikiran jernih tentang suatu permasalahan. “Anggaplah itu sebagai suatu masalah di mana kamu dapat menemukan solusinya.” Melakukan koreksi terhadap diri sendiri, memahami kelemahan pribadi, dan memahami keinginan orang lain, maka kita tidak akan memaksakan kehendak dan terjerat oleh keputusasaan. Dapat menerima kondisi kita apa adanya dan tidak usah bermimpi terlalu muluk-muluk, karena semua mimpi manusia sudah demikian tinggi. Mimpi tidak mungkin dicapai jika kita tidak sanggup menerima realitas yang ada. “Jadi dirimu sendiri, bermartabat, dan berpikir bahwa aku bisa!”

Senin, 08 Oktober 2007

Empat Sajak Senja


ELEGI SENJA
Oleh
Misbach


gugusan mega mengarak senja yang terus bertanya-tanya tentang jalan
yang Kau bentang sebagai sajadah untuk sujud di tepi-tepi waktu di
gigir-gigir beku yang menggigilkan kedirianku yang melayah rendah
mendekati sarangMU


matahari yang tunduk, setinggi ujung kaki yang menekuk, menekuri
gerbang petangMU, dan sayapku terus saja memukuli udara mencari
pijakan kata untuk menambatkan luka yang menganga di dadaku.

aku mencariMU! aku mencariMU!

jakarta, 3 oktober 2007


senja dari jakarta
: kepada misbach
oleh
yon’s revolta

saya terima kabar senja dari kotamu
kota yang selalu bernafsu membeli senja

baiklah...

ijinkah saya kirimkan segores senja
khusus untukmu.
senja yang terbuat dari ketulusan jiwa
sebagai sajadah dalam setiap sujudmu


KUTERIMA SEPOTONG SENJA
:Yon’s, Magelang
Oleh
Misbach

kuterima sepotong senja dengan gunung-gunung dan bias jingga
batang-batang sungai dan dan bintik-bintik cahaya
dulu aku pernah di sana dan kini pun tetap merindukannnya

adakah gericik air dan kabut itu masih setia
menghantar ngungunku padaNya?

jakarta, 4 september 2007

senja kita samakah?
:to Misbach & Yon's
oleh
ema apriyani


bagi mereka yang menjagakan jiwa menatap senja
menyalakan lilin tafakur dalam deru langkah ataupun
hening yang terpesona...


Senja itu Merah Lalu Nila Adakah dia senja yang
berduka?
karena disini aku melihat senja ku nila merona
dibawahnya klakson berbunyi lelah menjerit putus asa
dan tangan-tangan kecil itu terus saja menggapai receh

dan senja pun berlalu dalam pucat
dia tidak merah seperti senja mu
adakah dia juga senja yang sama?
ataukah kita berada pada langit yang berbeda?

Jumat, 05 Oktober 2007

Kesunyian


aku mengawalinya dengan sebuah nama.

ada orang sedang bermain game,
nonton tivi, ngutak-atik motor, memandang senja,
menyiram rumput, melamum, surfing internet,
dan aku mengambil pena dan secarik kertas
untuk memulai menuliskan sebuah nama.

orang-orang semakin tenggelam dalam kesendiriannya
ada radio yang tak henti-henti memutar lagu
boneka dalmatian kecil memeluk jam weker
ayam berkokok dan senja semakin memerah
aku masih memikirkan sebuah nama.

orang bingung menatap dirinya dengan gelisah
dunianya tak lebih dari sebuah kamar sempit
ia mengira, sebuah rumah adalah isi dunia
dan aku mulai menulis huruf depan sebuah nama.

ada buku-buku setengah terbuka
ratusan pembatas buku telah terselip di sana
di dalam kardus, tumpukan buku bosan menunggu
aku sudah sampai pada pertengahan nama.

penyanyi bersuara emas melantunkan
”I have nothing,”
aku pikir siapa yang punya apa-apa
mungkin ia hanya memiliki dirinya sendiri
dan bahkan sebuah lagu untuk dinyanyikan
aku pun sudah sampai pada sebuah nama.

senja mulai menggelap
selubung malam mulai menyebar
dan aku telah berbekal sebungkus rokok.

k e s u n y i a n,
demikian nama yang tertera di atas kertas.

nampaknya, aku harus segera menyalakan lampu...

Rabu, 03 Oktober 2007

Kontemplasi Kupu-kupu Mati



seekor kupu-kupu telah mati
aku melihatnya di dendang aspal
dan kutepikan ia di sela pagar

seekor kupu-kupu mati malam ini
atau mungkin sore tadi dikala hujan rinai
panjang sayapnya
beralurkan kehidupan

seekor kupu-kupu pamit malam ini
lewat sudah metamorfosisnya
muntah ruah isi abdomen
mengantarkannya mungkin pada purgatory
siapa tahu…

sebelum pergi aspal bekas jasadmu
berbisik kepadaku:
kupu-kupu itu mati bersama benih anak-anaknya!

puisi hidup



seorang anak muka cemang-cemong
tersenyum-senyum di atas menara
kaki, badan siap memeluk tanah
dengan kecepatan tinggi.

seorang badut entah laki, entah wanita
jingkrak-jingkrak ditingkahi dangdut
warna-warni baju gombrongnya
pakai sepatu tak bertali.

warga berlari-lari, hati cemas
orang pintar baca mantera
para pemuda ikut naik menara
polisi berdatangan tapi tak bisa apa-apa
hujan mulai menitik.

motor-motor bernyala berseliweran
lampunya menantang matahari
mata tak lagi awas, katanya
kecelakaan dilawan salah kaprah

si badut lama berjingkrak dan bersorak
sekeping uang pun tak bisa diharap
ibu-ibu gendong bayi depan tivi
melihat idola yang selalu dinanti

kualihkan pandang ke sekitar
burung-burung berteduh dan masih bercericau
ikan mas koki menggoyangkan ekornya
adzan mulai berkumandang.

seorang tukang reparasi payung lewat
……
seorang tukang jual tangga lewat
……
seorang ibu-ibu jual kasur kapuk
……
seorang pengamen puisi menjerit

kesemuanya berpeluh berdebu
muka merah terbakar
wajah merana
mata suram
bibir pun pucat

si anak gila diamankan polisi
entah mau diapa,
diantar mati barangkali?
si badut pun berlalu
sedang televisi jalan terus
hujan mulai mereda.

zaman ini memang lebih enak
tapi bukan berarti bisa kerja enak-enak
si gila begitu tersiksa
yang tidak gila jangan ikut menderita

batang hijau dapat bersuara
gelas-gelas berdenting merdu
mulut pun bersiul mendayu

di mana saja puisi dapat hidup

puisi getir,

puisi cengir,

puisi…

negeri senja

dari judul cerpen Seno Gumira Ajidarma


negeri senja yang kucari
negeri di mana awan melayang
di antara kibaran rambutku
negeri di mana deburan ombak
dan kicauan burung layang-layang
terdengar di atas horizon
negeri di mana keheningan adalah tuannya
negeri di mana diri menjauh
dari segala galau dan gundah
sebuah negeri yang hanya pikir
yang diizinkan tinggal di sana
negeri yang keinginan tak mendapatkan tempatnya
negeri yang penuh dengan kasih dan pengampunan

sebuah negeri di mana aku akan pulang ke sana…